Siapa yang bilang bahwa hidup itu hukumnya pasti? Siapa yang bilang masa depan itu terlihat dari sini. Tertangkap oleh kamera mata kita. Cenayang mana yang berhasil melihat masa depan seseorang secara jelas. Tak ada yang sepintar Tuhan melihat bagaimana hidup kita di masa depan.
Hari ini, saya mendapat satu hal kecil yang bisa saya tangkap. Saat beberapa orang teman menyebutkan nominal gaji di perusahaan tempat ia bekerja. Kebanyakan teman-teman kampus saya berlomba untuk mendapatkan peringkat, kedudukan, dan gaji besar. Sampai mereka berjuang penuh untuk mendapatkan itu. Sampai akhirnya, saya sadar. Saya yang tadinya seperti ikut berkompetisi dengan mereka melihat sesuatu yang lain. Pernah saya baca kalimat dari seseorang bahwa pekerjaan yang kita inginkan sebenarnya tergantung passion kita. Bukan tergantung pada peringkat, kedudukan, dan gaji besar tadi.
Saya berfikir *saat saya sadar* ternyata dari awal saya kuliah saya berbeda dengan mereka. Berbeda dalam arti, kenapa cita-cita saya tidak setinggi mereka. Dan bahkan saya hanya ingin jadi penulis tetap, a full Mom, sesederhana itu. Saya tidak pernah melihat bahwa menjadi penulis uang yang saya dapat tidak besar. Saya tidak melihat bahwa menjadi penulis saya tidak akan punya kantor megah yang bisa dicapture dan dipajang di DP BBM. Atau bahkan menjadi bahan perbincangan UTAMA saat reuni sekolah, atau ditengah perkumpulan keluarga besar. Saya tidak menginginkan itu. Saya hanya ingin menulis, dan bagaimanapun keadaannya nanti itu akan jadi profesi tetap saya.
Dari situ saya sadar saya berbeda dengan teman-teman saya yang bekerja mati-matian demi mendapatkan masa depan yang sesuai aturannya sudah dibayangkan di otak mereka saat mereka masih kuliah dulu. Sedangkan saya menolak mendapatkan yang lebih tinggi dari sekedar menjadi penulis. Karena saya akhirnya tahu passion saya hanya ada di menulis. Saya *dengan serentetan histori penolakan dari penerbit* memang tidak pernah berfikir apakah suatu hari nanti buku saya akan terbit dan meledak jadi best seller. Lalu akan kenal dan bertemu dengan penulis-penulis terkenal yang biasanya hanya bisa saya lihat lewat timeline mereka di twitter. Tapi sering saya berkhayal suatu saat nanti entah di tahun berapa, saya akan masuk di acara Kick Andy karna buku yang saya keluarkan menjadi inspirasi bagi para pembaca. See? Buat saya masa depan juga bisa terjadi lewat khayalan odong-odong atau istilahnya khayalan yang tidak resmi. Masa depan tidak harus tercipta dari aturan baku dengan belajar rajin saat sekolah hingga mendapat pekerjaan yang sesuai dengan prestise di kemudian hari. Saya rasa, sukses atau tidaknya seseorang itu tidak tergantung dari hal apapun. Saya yang menulis dengan begoknya saja suatu hari nanti bisa menjadi penulis inspirator. Di mana saat itu saya sudah mencintai pekerjaan tetap saya.
Bukannya saya tidak mau bekerja selayaknya orang biasa. Saya juga manusia biasa yang cari duit buat makan sehari-hari. Tapi walaupun tidak setiap orang bisa menerima, buat saya menjadi penulis juga merupakan prestasi yang tidak kalah berharganya dengan menjadi karyawan di perusahaan gedongan. Walaupun mungkin saya tidak punya kedudukan atau gaji sebesar mereka. I really don't care selama saya juga bisa berkreasi. Toh, hidup itu bukan hanya sekedar makan, minum, cari duit dan bercinta. Tapi saya yakin maknanya lebih dari itu ...