Sabtu, 26 Januari 2013

I have no hair



Source : from google.com

Mengingat post blog saya yang sebelum ini, saya ingin membahas sedikit tentang rontoknya rambut saya. Memang sebenernya gak gitu penting. Siape elo kalo kepala lo botak :P
Tapi ini tentang makna kehilangan (lagi-lagi saya belajar dari sebuah kehilangan). Why? Why God must take my hair from my head? WHY?! Pada awalnya itu yang ada di pikiran saya. Sampai pada akhirnya saya membiasakan diri dengan hidup tanpa memiliki helai-helai rambut. And I do it so' well ;)

Satu per satu rambut saya berjatuhan. Setiap hari setiap detik setiap saya bergerak. Rasanya tak ada yang lebih melelahkan dari memungut rambut-rambut saya yang berjatuhan setiap hari. Mama mengumpulkan rambut-rambut yang (berhasil) kami dapat di dalam sebuah keresek. Katanya kenang-kenangan. Satu hal yang pada akhirnya buat saya takjub diikuti rasa bersyukur. Rambut saya sudah rontok banyak, bahkan tak ada jeda setiap waktunya. Tapi saat dilihat kembali, rambut saya yang sudah jatuh di dalam keresek saja jumlahnya sudah sangat banyak. Belum yang jatuh tersapu. Atau yang saya buang di kamar mandi. Belum juga yang jatuh di tempat lain. And you know what? Di kepala saya masih banyak terdapat rambut yang menempel. Walaupun sebagian pitak, dan lama-lama botak di bagian atas. Tapi sisanya masih banyak. Begitu baiknya Tuhan kasih saya rambut tebal. Padahal dulu saya sering mengeluh dengan rambut tebal saya. Karena susah banget diatur. Sedangkan teman-teman saya punya rambut yang tipis dan lurus, nggak bandel. Sedangkan saya, ditipisin ke salon aja udah tebal lagi dalam hitungan minggu.

BUT NOW, saya luar biasa bersyukur. Kalau dulu rambut saya tipis, dalam hitungan hari mungkin saya langsung botak gitu aja. Tapi dengan ketebalan rambut tersebut, rambut saya masih bisa bertahan di kepala jauh lebih lama. Sampai kemoterapi ke-6 kemarin akhirnya saya memutuskan memangkas habis rambut saya yang tersisa di kepala. Biar gak usah nunggu lama untuk rontok semua. Dan biar bakal-bakal rambut yang akan tumbuh juga cepat tumbuhnya.

And JRENG! I have no hair. When I see myself on mirrorr, saya seperti melihat orang lain. Bukan orang lain dalam arti wujud orang lain. Tapi dalam arti saya yang lain. Saya dengan pribadi yang berbeda. Sedih memang melihat kepala saya tanpa rambut, saya bahkan sering bilang pada suami saya dimohon untuk tidak ilfeel :D Tapi thank God, kepala botak saya selalu kami jadikan lelucon. He always kiss me, when I say that saya nggak PD sama saya yang sekarang. He always said, I'm beautyfull for him :')

Banyak juga yang menyarankan saya agar pakai kerudung. Akan saya bahas sedikit di sini. Mohon maaf sebelumnya saya tidak ada maksud menyinggung siapapun. Ini murni pendapat pribadi saya. For me, berkerudung itu adalah komitmen saya dengan Tuhan. Bukan hanya sekadar menutup aurat saja. Dan kenapa harus komitmen? Itu artinya saya harus mulai membiasakan diri dengan memperbaiki diri dari hal-hal kecil. Dalam hal ibadah pada Tuhan. Dengan begitu, saya nggak asal pake dengan tujuan hanya menutup aurat atau demi mengabdi pada suami. Saya tahu ada ayat dalam al-qur'an yang menjelaskan tentang menutup aurat dan pengabdian pada suami. Bukan berarti saya tidak mau mengabdi pada suami. tapi, memakai kerudung itu is just physicaly. Saya yakin Tuhan pun akan setuju bahwa hal-hal baik itu datangnya dari dalam hati kita sendiri. 

Jadi, bukan tidak mau tapi saya belum sepenuhnya siap memakai kerudung. Apalagi kalau niatnya karena ingin menutup kekurangan. Bukan karena dari hati, karena pengabdian kita pada Tuhan. Saya masih bisa pakai penutup kepala/wig or whatever like that. So I change my style of it :D

Jadi, simple saja. Bahwa segala hal yang kita punya di dunia ini bahkan sehelai rambut pun. Itu bukan milik kita. Itu sepenuhnya milik Sang Pencipta. Dan Dia bisa mengambilnya kapan saja. Jika saya selalu menerapkan cara hidup berke-Tuhan-an, pada akhirnya saya siap dengan keadaan tak punya rambut. Dan saya sedikit demi sedikit mulai menerima keadaan ini. Saya percaya, Tuhan akan kasih apa yang saya pesan dalam do'a di saat yang sangat tepat. Dan jika tidak, Ia akan mengganti dengan yang lebih baik.

For a such thing, I gratefull much to God. For everythings, what God gave me ;)

Jumat, 18 Januari 2013

Hujan pun ada masanya reda

Baiklah, setelah sekian lama saya menghilang dari blog ini lalu saya jadi buronan gegara jarang nulis (bohong denk!) :D saya pun akhirnya mau menulis lagi. Mudah-mudahan tak ada yang bosan membaca kisah penyakit saya. Hope, it'll be an inspirational story for everyone. Siapapun. Yeah, hope :)

Saya akan mulai dari cerita terakhir saya tentang penggantian renjimen (bahasanya dokter) kemoterapi dari MTX ke EMACO. Setelah kemoterapi ke-3 yaitu EMACO pertama, HCG saya kembali turun drastis. Dari 1000 menginjak ke angka 100. And it's great. Bahagia sekali rasanya. Walaupun membayangkan efek-efek dramatis yang harus saya lalui setiap sehabis kemoterapi. And thank God, saya pernah bilang bahwa kelak air mata saya akan berharga. Akan ada pelangi setelah hujan turun. Dan judul blog saya ini bukan tentang hujan sebenarnya (terlepas dari bencana banjir yang sedang melanda Ibukota) :( tapi ini murni tentang cerita penyakit saya.

Setelah kemoterapi ke-4 akhirnya dokter kasih saya waktu 2 minggu. Karena tadinya dokter kasih saya waktu 1 minggu. Ternyata pemulihannya kurang, sampai saya sempat harus tranfusi darah 1 labu gara-gara HB saya turun. Penyebabnya muntah-muntah yang sering itu. Melihat penurunan HCG yang bagus dokter pun kasih waktu jeda 2 minggu. Alhamdulilah. Buat saya itu salah satu mukjizat dari Tuhan. God is always hear my pray. I love it. Dan dalam jangka waktu 2 minggu itu benar-benar saya manfaatkan waktunya untuk pemulihan dengan makan yang banyak. Dan penaikan berat badan lagi. Gak susah emang kalo naikin berat badan berhubung saya suka sekali makan (Damn! Konotasi suka sekali makan ini maksudnya rakus ya) :D

Setelah kemoterapi ke-4. HCG saya turun kembali menjadi 6. Tuhan! Yang saya tahu, angka negativ target saya dengan dokter itu adalah di bawah 5. Dan angka 6 ini angka yang nanggung sekali. Jika saya sudah mencapai angka di bawah 5, sudah terprediksi kemoterapi saya tinggal 2 kali. Saya jelaskan sedikit kenapa harus ada penambahan 2 kali setelah kita mencapai angka negativ. Dokter bilang, agar penyakit saya tidak muncul kembali. Dan agar sel-sel yang berencana untuk tumbuh tidak jadi tumbuh. Baiklah, kalau tujuannya baik saya ikuti. Dan waktu melihat angka 6 di HCG saya, sebenarnya saya sangat bersyukur. Bersyukur karena turun, tidak naik atau tetap. Hanya tanggung saja. Tapi tak apa, saya sudah bahagia. Saya bilang pada orang tua saya, sebenarnya membayangkan harus kemoterapi 2 kali lagi saja pembayangannya sudah cukup berat. Apalagi masih 3 kali. Dan sayup-sayup saya dengar mereka bilang bahwa sebenarnya mereka pun tak tega melihat saya kemoterapi. And I'm craying alone. Saya semakin bertekad untuk harus sembuh dan kuat menjalani efek-efek kemonya demi mereka. Juga demia suami saya.

Alhamdulillah. Saat kontrol ke dokter, dokter bilang hasilnya bagus. Walau saya bilang angkanya nanggung. Ternyata! Ada lagi keajaiban dari Tuhan. Dokter bilang, HCG saya sudah normal. Dan kemoterapi saya tinggal 2 kali lagi. Saya sampai berteriak kegirangan. Sampai harus make sure berkali-kali pada dokter bahwa kemoterapi saya benar-benar tinggal 2 kali. Saya pun bertanya, kenapa sudah dinyatakan normal sedangkan setahu saya angka normal itu di bawah 5. Tapi dokter bilang, sebenarnya di bawah 10 juga itu sudah terbilang normal. Memang sih tiap dokter tindakannya beda-beda. Yang saya tahu, dokter lain tetap harus di bawah 5 untuk mencapai batas normal. But I beleive in the doctor. Dan saya percaya pada Tuhan. Apapun rencana baik yang sudah Ia rencanakan untuk saya, saya percaya itu baik juga untuk hidup saya. 

Kemoterapi ke-5. Rasanya jauhhhh lebih sulit dari sebelumnya. Bahkan pemulihan di rumah saja sampai 3 hari. Padahal biasanya 2 hari cukup. Di hari ke-3 saya sudah bisa makan sedikit-sedikit. Tapi kemarin itu, saya baru bisa makan di hari ke-4. Dan agak banyak keluhan di badan saya. Di bagian sana sini sakit sekali. Tapi di hari ke-4, masa-masa kritis saya sudah lewat. Dan segalanya lancar kembali. Alhamdulilah.

Rasanya kaya mimpi. Sedikit demi sedikit segalanya mulai mencapai batas normal. Oh, ya. Saya lupa cerita. Di kemoterapi yang ke-4. Rambut saya mulai rontok. Saya sempat menangis histeris melihat rambut saya rontok begitu banyak. Tapi keluarga saya selalu support. Mereka gak khawatir saya jadi botak selama bisa tumbuh lagi. Dan mereka tidak terlihat malu melihat saya botak. Pada akhirnya saya belajar meyakinkan diri saya sendiri bahwa saya hanya belum terbiasa dengan mulai berjatuhannya rambut saya satu per satu. Banyak yang menyarankan saya pakai kerudung. Tapi tidak :) saya tidak mau menjadikan kekurangan sebagai alasan pakai kerudung. Dan jika setelah botak pun saya pakai kerudung, itu karna memang saya sudah mau dan siap. Bukan karna saya sedang tak punya rambut.

Hari ini, saya baru cek lab setelah kemoterapi ke-5. Dan alhamdulilah, HCG saya kembali turun. Sekarang di angka 1. Alhamdulilah. Mudah-mudahan kebaikan-kebaikan akan mulai berdatangan setelah ini. Sekali lagi saya tekankan. Hujan pun ada redanya, tidak akan selalu turun. Dan ada masanya pelangi turun ke bumi ;) Tujuan saya sekarang adalah selalu SEHAT. Dan bisa membahagiakan orang tua, suami, dan keluarga saya. For me, it's more than enough to be happy :)