Akhir-akhir ini ada banyak daftar keluhan yang saya tulis di bagian otak kanan saya sendiri (eh, memori itu tugasnya otak kanan apa otak kiri ya?) Saya lupa dan males googling :D mudah-mudahan bener ya di otak kanan :D
Dan daftar keluhan itu pun berpengaruh sama hidup saya. Saya jadi lebih jauh-jauh sensitiv (apalagi sebelumnya memang super sensitif). Dan saya merasa menjadi orang yang paling unlucky dalam hal ini. Dalam hal apa? For everythings. Dan awal mula keluhan saya adalah (again and again) kenapa saya belum diperbolehkan punya anak. Saya masih belum cukup sehat untuk bisa punya anak lagi. So' saya merasa saya gak bisa jadi orang yang complete dalam hal ini. Dan hal itu pun merembet ke hal-hal lainnya di kehidupan sehari-hari saya. Hingga ada hal kecil yang gak enak dan nyangkut di hidup saya bisa jadi pemicu terbakarnya emosi. Saya ngerasa saya lelah untuk berdoa dan meminta. Mungkin usaha saya memang belum maksimal dalam rangka kesehatan diri. Tapi saya tetap merasa unlucky. Kenapa masih dibiarkan ada penyakit di tubuh saya hingga saya belum boleh punya anak. Rasanya sesaaakkkk ...
Dan lagi-lagi saya marah pada Sang Empunya Kehidupan. Padahal kita semua tahu bahwa yang terbaiklah yang selalu Ia janjikan. Tapi ketidakpunyaan anak dalam hidup saya membuat saya menangis setiap hari di dalam hati. Saya sedih. Padahal saya hanya ingin sehat dan punya anak. Tapi rasanya ... Tuhan selalu membelokkan jalan saya. Yang saya yakin jalan yang Ia tentukan adalah jalan yang baik. Bukan salah jalan, nyasar, atau bahkan buntu. Tapi saya benar-benar lelah dalam menghadapi penyakit yang tidak saya mengerti. Dan masih ada banyak daftar keluhan lainnya di dalam hidup saya. Yang bikin saya gak bersyukur atas apa yang sudah Dia kasih. Dan apa yang saya punya sekarang. Sampai saya dikasih begitu banyak berkah pun, saya masih mengeluh ... Dan tidak berterima kasih pada-Nya.
Tapi, saat ada seseorang yang mengeluhkan hidupnya pada saya lengkap dengan cerita tragis yang harus dia hadapi dalam hidupnya tiba-tiba saya kayak kesentak. Betapa jauh perbandingannya dengan hidup saya yang sempurna (versi saya). Walaupun dengan kondisi tanpa anak dan dengan masih harus berjuang dengan penyakit yang entah kapan akan perginya. Tapi Tuhan satu-satunya tumpuan hidup saya. Di mana tempat saya mengeluh, marah dan protes akan hidup saya yang tidak berjalan dengan apa yang saya inginkan. Tapi saya sadar, bahwa Dialah yang juga memberi saya air di saat saya kehausan dan memberi saya makna di setiap perjalanan. Juga Dialah tempat saya meminta. Saya tak bisa pergi ke mana-mana lagi. Jika saya menginginkan sesuatu, di sana lah tempatnya. Di tempat Sang Pemilik Seluruh Waktu berada. Saya hanya manusia kecil yang sombong. Yang hanya bisa menuntut dan meminta tanpa mensyukuri. Saat saya mendengar sederet keluhan teman-teman saya akan hidupnya yang tidak berjalan dengan baik, rasanya saya ingin berucap Alhamdulilah jutaan kali. Bahwa hidup saya luar biasa senangnya. Dengan atau tanpa jalan yang saya kehendaki. So' saya sadar, bahwa bersyukur itu adalah satu-satunya kunci dan doa. Bersyukur adalah rumus di mana Tuhan akan memberi lebih walaupun kita tidak mengharapkan. Saya sadar, bersyukur juga merupakan salah satu kunci hidup saya. Sesederhana itu ...