Minggu, 11 Agustus 2013

Mengeluh VS Bersyukur


Akhir-akhir ini ada banyak daftar keluhan yang saya tulis di bagian otak kanan saya sendiri (eh, memori itu tugasnya otak kanan apa otak kiri ya?) Saya lupa dan males googling :D mudah-mudahan bener ya di otak kanan :D

Dan daftar keluhan itu pun berpengaruh sama hidup saya. Saya jadi lebih jauh-jauh sensitiv (apalagi sebelumnya memang super sensitif). Dan saya merasa menjadi orang yang paling unlucky dalam hal ini. Dalam hal apa? For everythings. Dan awal mula keluhan saya adalah (again and again) kenapa saya belum diperbolehkan punya anak. Saya masih belum cukup sehat untuk bisa punya anak lagi. So' saya merasa saya gak bisa jadi orang yang complete dalam hal ini. Dan hal itu pun merembet ke hal-hal lainnya di kehidupan sehari-hari saya. Hingga ada hal kecil yang gak enak dan nyangkut di hidup saya bisa jadi pemicu terbakarnya emosi. Saya ngerasa saya lelah untuk berdoa dan meminta. Mungkin usaha saya memang belum maksimal dalam rangka kesehatan diri. Tapi saya tetap merasa unlucky. Kenapa masih dibiarkan ada penyakit di tubuh saya hingga saya belum boleh punya anak. Rasanya sesaaakkkk ...

Dan lagi-lagi saya marah pada Sang Empunya Kehidupan. Padahal kita semua tahu bahwa yang terbaiklah yang selalu Ia janjikan. Tapi ketidakpunyaan anak dalam hidup saya membuat saya menangis setiap hari di dalam hati. Saya sedih. Padahal saya hanya ingin sehat dan punya anak. Tapi rasanya ... Tuhan selalu membelokkan jalan saya. Yang saya yakin jalan yang Ia tentukan adalah jalan yang baik. Bukan salah jalan, nyasar, atau bahkan buntu. Tapi saya benar-benar lelah dalam menghadapi penyakit yang tidak saya mengerti. Dan masih ada banyak daftar keluhan lainnya di dalam hidup saya. Yang bikin saya gak bersyukur atas apa yang sudah Dia kasih. Dan apa yang saya punya sekarang. Sampai saya dikasih begitu banyak berkah pun, saya masih mengeluh ... Dan tidak berterima kasih pada-Nya.

Tapi, saat ada seseorang yang mengeluhkan hidupnya pada saya lengkap dengan cerita tragis yang harus dia hadapi dalam hidupnya tiba-tiba saya kayak kesentak. Betapa jauh perbandingannya dengan hidup saya yang sempurna (versi saya). Walaupun dengan kondisi tanpa anak dan dengan masih harus berjuang dengan penyakit yang entah kapan akan perginya. Tapi Tuhan satu-satunya tumpuan hidup saya. Di mana tempat saya mengeluh, marah dan protes akan hidup saya yang tidak berjalan dengan apa yang saya inginkan. Tapi saya sadar, bahwa Dialah yang juga memberi saya air di saat saya kehausan dan memberi saya makna di setiap perjalanan. Juga Dialah tempat saya meminta. Saya tak bisa pergi ke mana-mana lagi. Jika saya menginginkan sesuatu, di sana lah tempatnya. Di tempat Sang Pemilik Seluruh Waktu berada. Saya hanya manusia kecil yang sombong. Yang hanya bisa menuntut dan meminta tanpa mensyukuri. Saat saya mendengar sederet keluhan teman-teman saya akan hidupnya yang tidak berjalan dengan baik, rasanya saya ingin berucap Alhamdulilah jutaan kali. Bahwa hidup saya luar biasa senangnya. Dengan atau tanpa jalan yang saya kehendaki. So' saya sadar, bahwa bersyukur itu adalah satu-satunya kunci dan doa. Bersyukur adalah rumus di mana Tuhan akan memberi lebih walaupun kita tidak mengharapkan. Saya sadar, bersyukur juga merupakan salah satu kunci hidup saya. Sesederhana itu ...

Kamis, 01 Agustus 2013

Pamer bukan pameran

AGAIN!!!

Saya ingin sekali membahas lagi tentang memamerkan sesuatu. By the way, sebelum kita loncat ke topik utama, kita telusuri dulu yuk pameran itu artinya apa. You know about acara yang diadakan di suatu tempat dengan tema pameran. Memamerkan sesuatu. Tapi yang dipamerkan merupakan suatu hal yang positif misalnya karya, kreasi atau prestasi. Selain memamerkan, tentu saja maksud dan tujuan pameran adalah mempertunjukkan atau memperkenalkan hasil kreasi, karya dan prestasi tersebut pada masyarakat luas.

Tapi kalo pamer (esspecially pamer harta) itu apa maksudnya?
Sorry but, saya membahas ini bukan untuk mencaci mereka yang sering pamer harta di sosial media atau korban utamanya biasanya di status BBM :D
Tapi lama-lama saya muak sama orang-orang seperti itu. Whatever deh kalo saya dibilang envy atau sirik karena saya gak mampu. Ya emang gak mampu :D Tapi rasanya banyak kok orang-orang yang beneran kaya tapi apa yang dia punya gak di ekspos di media. Liat artis pamer aja enek apalagi yang sama-sekali-bukan-artis :P You know, sekarang banyak banget orang yang motoin barang pribadinya (eh, sebentar. Saya pernah gitu nggak ya). Pernah sih tapi ya bukan harta juga :P
Terus saya gak ngerti banget sama orang-orang yang motoin rumah pribadinya terus dipajang di DP BBM atau di share di beberapa sosial media miliknya. Dari mulai gerasi, ruang tamu, ruang tengah, ruang makan, kamar tidur, sampe halaman belakang dan kamar mandi semua dicapture. Atau maksudnya mereka itu sales rumah? (BOK! Namanya apa ya yang lebih elegan dari sales rumah. Hahaha. Stupid I'am). Broker ya kalo gak salah namanya (googling sendiri deh ya namanya apaan :P)

Atau ada lagi yang hobbi sekali pamer harta lewat status. Ke bank mencairkan duit gede dibilang-bilang, lagi kepengen makan apa dibilang-bilang, lagi ngapain dibilang-bilang, punya barang baru (apalagi mahal dan terkesan anak gaul) dibilang-bilang jugak, sampe hamil aja semua rutinitasnya di share di status udah kayak bikin cerbung aja itu orang-orang. Kesannya semua orang harus tahu kalo semua apa yang dia lakukan itu penting. Wait! Saya pernah mbahas ini sebelumnya dan saya bilang sama diri saya sendiri bahwa dulu waktu umur saya masih di bawah 25 taun saya juga gitu. Tapi mbok ya lama-lama saya belajar juga kan kalo hal itu annoying banget. Apalagi buat orang yang baca. Walaupun status dan DP BBM atau apapun yang kita share di sosial media adalah hak pribadi kita, tapi ya tetep aja ganggu kenyamanan kalo sedikit-sedikit kita ngoceh di sana. Hak pribadi sih hak pribadi, tapi kan yang liat orang banyak. Apalagi kalo orang yang ngocehnya gak sadar umur. DOHhhhh!

Saya sih gak peduli kalo sekarang dibilang orang gila atau orang sirik karna ga mampu sama orang-orang yang punya kebiasaan tadi yang saya sebutkan. Toh suami saya bilang kalo kita itu memang hidup di antara orang-orang yang waras. Dan kayaknya cuma kita yang gila :D

Tapi ya gimana pun juga kita kan hidup di lingkungan yang seperti ini. Jadi mau gak mau harus dijalanin. Karena hal yang sederhana adalah tetap jadi kita yang begini dan gak perlu ikut-ikutan orang. Dan kita sudah berada di lingkungan yang seperti ini ya terima aja. Cuma agak muak dan bosen aja liatnya. Kayak artis-artis ini nih (mending mereka artis punya gaya banyak duit. Lah situ?) :/