Pertama tahu arti kaleidoskop itu waktu kelas 3 SMP. Salah satu sobat waktu SMP ngajak bikin kaleidoskop tentang perjalanan persahabatan kita. Apalagi waktu itu ceritanya kita akan memasuki masa SMA. Oke. Cerita saya kali ini sama sekali nggak ada kaitannya dengan kaleidoskop segala. Jauh dari tema utama yang pengen saya bahas.
First, saya cuma pengen ngelongok lagi ke belakang. Ngintip sebentar ke kaleidoskop hidup saya. Apa ada yang salah? Saya pernah bilang sama diri sendiri, kalo saya lagi merasa ada yang salah sama jalan hidup saya, mungkin bukan keadaan yang salah tapi mindset atau cara berfikir. Entahlah, apakah cara berfikir saya sekarang memang ada yang miring dikit sampe saya agak sulit menerima keadaan di hidup saya.
Bukan bukan, ini bukan tentang cinta atau perjalanan cinta yang saya rasa sudah cukup saya rasakan bumbu-bumbunya. Tapi ini tentang, situasi yang sedang saya hadapi. Sekarang ini saya bekerja di salah satu perusahaan swasta yang dibilang kecil nggak dibilang gede ya nggak juga. Tapi alhamdulilah gaji saya cukup untuk menopang dan membiayai hidup saya sehari-hari. Beruntungnya adalah saya bukan type cewek yang ngejar gaya hidup. Saya suka gaya tapi nggak harus jadi patokan utama untuk gaya dalam hidup (Catet! Itu mah zaman saya masih abegeh, yang dikit2 harus ngikut tren).
Bukannya saya nggak bersyukur sama pekerjaan saya, tapi kalo untuk mencintai jujur saya memang belum bisa. Saya suka cara kerjanya, saya suka temen2nya, saya suka juga uangnya :D, tapi nggak untuk sistem dan manajemennya di sini. Saya dihadapkan pada aturan2 yang kadang diluar konsep dan logika (bukannya sok pinter tapi kalo memang berpendidikan saya yakin konsep kerjanya juga pasti jelas). Saya juga harus berhadapan dengan atasan2 yang *dengan desas desus yang ada, cuma ngambil keuntungan dari duit perusahaan*. Okelah kita nggak usah sebut itu koruptor, apapun namanya tetep aja itu salah. Kami para karyawan yang secara tidak langsung sering ditegaskan 'diem aja deh lo, lo cuma karyawan dengan gaji pas2an' cuma bisa diem setiap melihat banyak ketidakadilan atau kecurangan. And sometime kami merasa tidak ada kesejahteraan karyawan yang bisa kami nikmati.
Belum lagi itu masalah uang, di tambah perselingkuhan. Antara atasan dan bawahan. Kongkalikong antara atasan dan bawahan yang bisa ditampar pake duit yang *catet* cuma beberapa juta (I means, tanggung ctjin kalo mau korup mending gede sekalian). Maaf seribu maaf saya juga merasa bahwa cara berfikir mereka yang ada di atas itu ... cuma sebatas 'Oh my God calling me stupid'. Saya nggak bilang mereka bodoh karna saya mengakui mereka juga punya peran dalam memajukan perusahaan. Tapi buat saya mereka tetep NOL. Gak ada cerdas2nya. Karna orang2 di atas itu punya kepentingan sendiri yang seolah nggak bisa diganggu. Mereka kayak lupa kalo roda hidup itu berputar dan nggak ada yang tahu kapan mereka akan tersungkur ke bawah.
Selingkuh emang bukan hal yang aneh lagi. Sorry bukannya saya sok suci. Tapi orang2 ini nggak pernah mau tahu apakah selingkuh itu salah atau nggak. Mereka cuma pura2 lupa. Mereka membutakan mata dan hati mereka sendiri. Saya juga tahu banget kalo di negara kita hal2 kayak gitu nggak aneh juga. Tapi saya cuma miris aja, makin sini mereka semakin belagu dengan kekuasaan dan materi yang berlimpah.
Belum lagi di kalangan atas, di kalangan karyawan kayak saya juga perselingkuhan udah nggak aneh lagi. Saya tahu itu bukan urusan saya, tapi bekerja dengan orang2 yang kayak gitu malah bikin saya sering mengucap do'a. Minta sama Tuhan semoga Tuhan selalu menjauhkan saya dan pasangan saya dari hal2 seperti itu. I means, godaan ada di mana2 kita tahu itu tapi saya juga selalu minta Tuhan selalu memberikan saya dan pasangan saya sebuah ketetapan hati. Saya ingin kayak Mama, sampe setua sekarang masih jadi wanita yang setia buat papa :')
Jadi intinya, dari mulai bawahan sama atasan di kantor saya ini, SDMnya yang nggak jelas. SDMnya yang nggak bisa dijadikan contoh. Yang nggak berkualitas. Dan nggak ada isinya. Sekali lagi bukannya saya sok pinter dan merasa lebih baik tapi saya yakin masih banyak orang yang bisa menjadi karyawan berkualitas. Atau oke deh, kita nggak ngomongin kualitas kinerja kerja dulu. Minimal pribadinya aja. Dan menurut saya, 70%nya NOL semua. Sorry to say ...
Tapi mudah2an Tuhan cuma mau saya belajar. Belajar menghadapi orang2 yang nggak jujur, orang2 yang 'seperti mereka'. Saya ngomong gini bukan berarti saya udah sempurna, tapi yang saya mau sih keadaan dan situasinya nggak kayak gini. Tapi hidup itu kan mau nggak mau suka nggak suka ya harus dijalanin kan ya. Tugas saya hanya bersyukur, bukan menghujat. Cuma, I'am curious that kenapa saya dihadapkan sama situasi yang seperti ini. Makanya saya pengen lihat kaleidoskop hidup saya. Di mana letak kesalahannya? Tapi segala sesuatu harus dijadikan pelajaran sih. Saya juga bukan karyawan yang baik2 banget, tapi minimal saya nggak menggunakan kecurangan untuk kepentingan pribadi.
Kita bekerja untuk cari uang apa cari muka sih???
Tidak ada komentar:
Posting Komentar