Ternyata perjalanan saya setelah proses kuretase kemarin masih panjang. Mari kita berbagi cerita. Ujian sekaligus berkah yang sudah Tuhan titipkan pada saya. Belajar bukan berarti harus mengalami bukan? belajar juga bisa mencontoh dari apa yang dialami orang lain :)
Saya
akan selalu ingat hari ini. Tanggal 18 Oktober
2012, hari di mana saya sedang dalam posisi tiduran di kasur panjang berwarna
putih yang tidak pernah saya suka. Sambil mengetik apalah namanya ini, mungkin
cerita kehidupan. Di kolom blackberry yang tidak sebesar monitor PC.
Sambil menonton acara Hitam Putih Trans7 *sebenarnya air
mata saya juga sedang mengalir*, dan saya berusaha penuh bercerita di sini
sambil menahan laju air mata yang sedikit-sedikit membasahi pipi. Saya juga
berusaha agar tidak ada yang sadar saya sedang menangis. Saya khawatir
orang-orang di sekeliling saya juga lelah melihat air mata saya.
Hari ini saya cek up ke rumah sakit entah yang ke berapa
kalinya. Dan Dokter bilang dengan lugasnya saya harus dirawat lagi di rumah
sakit pemerintah ini untuk yang ke-2 kalinya. Kalau mendengarkan suara
perasaan, saya menangis dan menjerit. Ya! Saya sedih! Karena saya manusia biasa
toh? Oke, jadi dokter bilang saya harus menjalani rawat inap untuk kemoterapi.
Kita semua tahu bahwa saat mendengar kata kemoterapi pikiran kita pasti
mengarah ke penyakit kanker. Dan, tidak ada orang yang mau juga. Sebenarnya
penyakit saya bukan itu. Tapi, saya kurang tahu istilah kedokterannya pastinya
apa. Jadi kita sebut saja Mola atau hamil anguur.
Kemoterapi yang harus saya jalani ini adalah efek dari
hamil anggur yang sempat saya alami waktu usia kandungan saya memasuki minggu
ke-10. Dan dokter bilang, efek dari
hamil anggur ini cenderung/potensi ganas. Untuk lebih jelasnya, silahkan
googling biar Om Google yang menjawab J
Saya sudah tidak lagi sibuk memikirkan apakah besok lusa
saya akan dimarahi bos, apakah satu jam lagi saya akan nge-Mall, dan apakah
nanti malam saya harus melayani suami. Yang saya pikirkan hampir setiap menit
adalah, Tuhan saya mau sembuh saya mau sehat. Sebenarnya, kemoterapi yang akan
saya jalani besok untuk pertama kali adalah satu-satunya jenis kemoterapi yang
bisa menyembuhkan sel-sel kanker di dalam tubuh. Dan kemoterapi terringan
dengan dosis yang ringan. Tapi dengan efek yang hampir sama. Saya masih
bersyukur pada Tuhan bahwa penyakit saya bisa disembuhkan. However, I believe
in God.
Jujur, pada awalnya saya sulit sekali menerima keadaan
ini. Saya ingin protes pada Tuhan. Dari sekian banyak wanita yang saya
tahu/kenal, kenapa harus saya yang mengalami ini. Kehilangan bayi pertama saya,
lalu harus menjalani sederet proses yang panjang dan sungguh melelelahkan. Tapi
tadi saat saya sedang duduk di ruang tunggu pendaftaran rawat inap, saya
merenung banyak hal. Berfikir lebih banyak. Saya mencoba mind-map kembali dan
menata cara berfikir saya yang saat itu petanya sedang berantakan. Bahkan jika
diibaratkan puzzle, potongan-potongan puzzle tersebut berlarian dan tidak
menampilkan gambar secara utuh. Saat pikiran saya belum jernih, saya berfikir
tentang berkah-berkah luar biasa yang Tuhan berikan. Dan saya mengumpulkan
point-point tersebut.
Yang pertama. Tuhan memberi kedua Orang Tua yang hebat
yang tidak pernah lelah mendoakan saya, memberi saya semangat hidup, dan
mensupport saya selama sakit. Orang Tua yang mati-matian melakukan segala hal
untuk saya, anaknya. Dan mereka luar biasa sabar, walaupun saya tahu mereka
juga melihat saya sakit. Atau juga sama lelahnya dengan saya. Tapi mereka tidak
pernah memperlihatkan itu, mereka kuat demi saya.
Kedua. Suami saya. Dulu, waktu saya masih jadi ABG tolol
sok lugu saya selalu dipertemukan dengan cowok brengsek dan bukan cowok
baik-baik. Sekalinya ada cowok baik, entah kenapa tidak ada jodohnya. Setelah
menikah, saya akhirnya tahu alasan Tuhan. Itu karena saya lebih baik bertemu
mereka dulu sebelum bertemu suami saya. Dan dengan baiknya Tuhan mempersatukan
kami walaupun dengan jalan yang tidak mudah. Tapi kami berhasil melewati segala
hal yang sulit itu. Dan Tuhan benar-benar sudah memberikan Pria yang tepat.
Yang selalu saya pesan di setiap do’a saya kala shalat. Dia Pria sempurna versi
saya. Dan dia mencintai Tuhan-nya lebih daripada mencintai saya.
Di sini, saya tidak membahas tentang cinta mati atau
cinta sejati. Tapi ini tentang hubungan yang bisa saling menguatkan. Buat saya,
suami saya itu orang yang paling berlogika. Dia cerdas dalam menyikapi segala
sesuatu. Dia juga yang menguatkan saya setiap hari saat saya harus menghadapi
segala hal yang sulit. Dan dia terorisme paling berpengaruh dalam hidup saya
yang sering menanamkan pikiran bahwa hidup itu sudah ada yang mengatur. Tidak
ada hal sulit apapun yang harus kita takutkan selain Tuhan. Karena hanya Dia
yang berkuasa penuh atas hidup kita. Suami saya juga yang mengajarkan saya untuk
berfikir bahwa semua yang kita punya di dunia adalah milik Allah semata. Bahkan
nyawa kita sekalipun. Jadi, materi bukan tujuan utama hidup.
Ketiga. Adalah keluarga dan mertua saya yang tidak pernah
bosan berdoa untuk kesembuhan saya. Begitu perhatianya mereka akan kesehatan
saya. Begitu pedulinya mereka berdoa untuk saya. Buat saya, *orang-orang yang
sudah saya sebutkan tadi* merekalah justru harta saya yang paling berharga yang
dengan baiknya Tuhan titipkan pada saya. Hanya demi mereka saya bisa hidup dan
bertahan. Dari segala kondisi hidup yang tidak enak.
Dari situ, saya berfikir bahwa Tuhan justru terlalu baik
pada saya. Mengirimkan Orang Tua, Suami, dan keluarga yang tidak henti-hentinya
mendoakan saya dan menyayangi saya dengan tulusnya. Jadi kenapa saya harus
bertanya, “ God why must me?” saat saya harus menjalani rasa sakit ini.
Dan dengan alasan apa lagi saya harus mengeluhkan
ujian-ujian dalam hidup saya. Buat saya, hidup saya malah terlalu sempurna.
Tuhan sangat sayang pada saya tanpa terkecuali. Karena Dia membiarkan saya
belajar banyak hal. Tidak setiap orang bisa belajar dari rasa sakit, dari
keadaan atau pengalaman yang tidak mengenakkan. Tapi Tuhan memberi saya
kesempatan, untuk belajar banyak hal. Untuk bisa pintar membaca hikmah yang Dia
berikan dan belajar dari sana.
Jadi, saat saya sakit dan harus menjalani banyak proses
saya tetap bersyukur pada Tuhan. Berkah yang Dia berikan di hidup saya sungguh
luar biasa. Sungguh tidak bisa saya sangkal. Dia terlalu sempurna untuk
memberikan hidup yang begitu sempurna. Saya tahu, doa dan harapan tidak akan
membuat hidup kita “selalu” baik-baik saja tapi akan SELALU membuat kita bisa
menyikapinya dengan baik. Dan kadang, doa yang kita panjatkan tidak selalu
berwujud apa yang kita inginkan. Tapi justru berwujud apa yang tidak pernah
kita harapkan. Malahan dengan maksud mengabulkan doa kita.
Saya bukan mau belajar jadi ustdzah seperti Mama Dedeh,
saya hanya ingin setiap orang juga bisa belajar seperti saya. Belajar hidup
ber-ke-Tuhan-an. Jadi, apapun yang terjadi dalam hidup kita selalu didasarkan
Tuhan sehingga kita tidak takut akan apapun karena yakin Tuhan bersama kita dan
mengatur semuanya dengan baik. Karena kita tidak pernah tahu skenario baik apa
yang akan Tuhan tulis dibuku harian kita. Jadi, bersyukurlah! Apapun yang sudah
Tuhan tentukan untuk hidup kita. Walaupun kita tahu bahwa itu tidak mudah untuk
selalu diterapkan disetiap keadaan. Tapi saya selalu yakin dengan bersyukur,
justru segalanya jauh lebih mudah.
Terakhir saya sakit parah dan dibawa ke rumah sakit, dari
situ saya mati-matian berdoa minta kesempatan pada Tuhan untuk tetap hidup.
Untuk tetap kuat. Dan saat itu saya percaya bahwa Tuhan memang benar-benar
sedang menolong saya. Dan Dia memang menyelamatkan saya. Di dalam bayangan saya,
dia sedang menggenggam tangan saya dan berkata, “ I’m a proud of you cause
you’re strong. And have more power.” Jadi saat itu saya bisa benar-benar kuat.
Saya selalu ingat salah satu quote penyanyi terkenal
Ahmad Dani, yang pernah bilang bahwa saat Tuhan berkata YA, semesta mendukung.
Itu pula lah yang saya alami selama saya sakit. Tuhan sedang menguji hidup saya
sekaligus mentransfer kekuatan sambil menggenggam tangan saya. I don’t know
what to say, but … God is really GREAT. So’ I love You my Dear Allah SWT.