Rabu, 27 Februari 2013

Menjadi Penulis Lepas



Hhhhhh ... Siapa bilang nulis itu gampang, mudah dan gak keren? Banyak sih yang bilang. Dan yang bilang itu orang-orang yang tidak mengerti bagaimana menjadi seorang penulis. Atau bagaimana teknik menulis yang baik. Apalagi orang-orang yang beranggapan bahwa hasil dari nulis itu gak akan seberapa (secara ya, zaman sekarang orang mau melakukan sesuatu karna ada hubungannya dengan duit. Di luar itu, they say NO!) Bahkan waktu saya ikut komunitas amal aja ada seorang temen yang nyangkanya saya bekerja untuk mereka. Dan bekerja di sini dalam arti, DIBAYAR. Padahal namanya beramal kan, bukan cari duit. Beramal dan bekerja, dari suku kata dan artinya aja udah beda!

Balik lagi ke menulis. Saya hobby menulis sejak kecil. Dan mulai menjadikan itu cita-cita setelah menjelang besar (sebutan pastinya ABG mungkin yah) :)) Dan sekarang setelah pure jadi Ibu rumah tangga saya mulai menjadikan menulis itu profesi. Kalau profesi, ada embel-embel uang kan? Padahal ada seorang temen saya lagi yang bilang bahwa jangan menjadikan menulis itu profesi. Suami saya pun bilang begitu. Bukan karena itu konotasinya negatif. Tapi kalau profesi, patokan kita hanya uang. Khawatir melupakan kualitas. Maksudnya begitu. Tapi karna 1 dan lain hal, saya mencoba untuk menjadikan itu profesi.

Dan saya memilih menjadi penulis lepas (berbayar). kalau dilihat dari segi uang, jelas tidak besar jumlahnya. Tapi lumayan ya bok, buat belanja online :D Lalu dari banyak situs yang saya lihat di internet tentang penulis lepas yang dibayar sedikit tidak sedikit orang yang tidak terima karena bayarannya kecil. Katanya seolah tidak menghargai penulis. Dan menulis itu kan hasil pemikiran yang tidak mudah. Bukan berarti saya setuju dengan bayaran kecil. tapi menurut saya, jika ingin mendapat penghasilan yang besar dan ternyata dari menulis itu kecil ya kenapa gak coba cari yang penghasilannya besar. 

Sederhananya begini, segala sesuatu yang kita kerjakan jika kita sukai pasti tujuan utamanya tidak akan mengarah ke uang. Karna jelas kita menyukai jenis pekerjaannya. Tapi jika tujuan utama cari uang yang banyak, ya berusahalah di pekerjaan yang memang layak mendapat bayaran tinggi dan bergengsi. Dan banyak pula yang bilang bahwa menulis itu butuh hati yang besar. Selain dari hasil kecil yang didapat, juga terhadap berbagai kritik orang mengenai tulisan kita. Saya keluar kerja lalu memutuskan untuk jadi Ibu rumah tangga agar punya banyak waktu menulis, karna memang keadaan. Saya sempat sakit cukup lama. Tapi banyak orang di luar sana yang dengan berani mengambil keputusan untuk keluar dari pekerjaannya lalu ia menjadi full time writer. Dibanding saya, mereka jauh lebih hebat. Berani mengambil dan menghadapi berbagai resiko. Tapi kan, suatu hari nanti mereka tinggal memetik hasil yang dicapai. Be a pure writer. Saya mau jadi salah satu dari mereka. Walaupun mengesampingkan tujuan materi memang agak sulit, hehe (jujur donk!). Tapi selama kita menyukai dan menikmati apa yang kita kerjakan, saya percaya itu akan mengurangi jumlah keluhan :)

Minggu, 17 Februari 2013

#LoveAction with @BFLactBandung :)

Baiklah. Senin moody ini adalah senin yang paling good feelin selama saya hidup di dunia (OK. Itu lebay) :D Tapi, senin ini adalah efek baik dari 'feelin good by doing good' moment hari Minggu kemarin :')

Tanggal 17 Feb 2013 jadi moment berharga buat kami kakak-kakak fasil yang mau dengan ikhlas jadi volunteer acara #LoveAction di Panti Asuhan Bandung. Aksi amal di bulan Febuari ini diadakan dalam rangka hari kasih sayang. Atau let say, berbagi kasih sayang dengan adik-adik di panti asuhan. Komunitas khusus area Bandung ini, terbilang mentah. Karena baru banget mau dan akan dibentuk. Tapi Alhamdulillah, dengan niat tulus kami ingin berbagi dan membantu adik-adik di panti tanpa modus terselebung apapun. Tuhan berperan serta dalam pembentukan dan persiapan aksi ini. Tak hentinya saya berterima kasih, karena Tuhan sangat merestui niat kami dan mempermudah acara ini dari awal hingga di hari-H.

Tak ada yang lebih membahagiakan lagi saat saya melihat kebahagiaan mereka menyambut kedatangan kami. Dan sumbangan yang pada awalnya minim dana serta keterbatasan sumbangan ternyata melimpah ruah menjelang hari H serta di hari H. Subhanallah sekali mereka yang dengan tulus mau menyumbang untuk adik-adik kami. Semoga Tuhan membalas kebaikan mereka dengan berkah yang juga luar biasa berlimpah. Amin Ya Rabb.

Dan saya juga salut double-double sama kakak-kakak volunteer yang di tengah kesibukan mereka masih mau menyempatkan diri untuk bergabung, ikut mempersiapkan, ikut menyumbang ide, ikut menyumbang banyak hal untuk adaik-adik di sana. Dan semoga kakak-kakak fasil juga diberi sehat dan bahagia oleh Allah SWT. Amin Ya Rabbal Alamin.

Karena buat saya pribadi, yang namanya menyumbang, membantu, menolong, dan mau berpartisipasi tanpa bayaran apapun sungguh sebuah panggilan hati. Walaupun saat itu yang menyumbang dana tidak seberapa, tapi buat kami sumbangan itu jumlahnya sangat besar. Karena, (lagi-lagi) menyisihkan sebagian harta kita (walaupun sedikit) untuk amal itu biasanya disertai keengganan yang luar biasa berat untuk sebagian orang. Apalagi jika jumlah yang disumbang banyak. Itu artinya, sungguh mulia sekali hati mereka :') 

Dan saya bersyukur, saya bisa ikut berpartisipasi dalam menolong orang. Walaupun tidak banyak yang bisa saya kasih ke mereka, tapi melihat kebahagiaan mereka saja itu sungguh luar biasa buat saya bahagia. Anak-anak itu tidak pernah minta dilahirkan. Tidak pernah minta untuk dikirim ke dunia. Jadi, jika mereka dikirim Tuhan ke dunia dengan 'berbagai hal kekejaman yang ia dapat semasa hidup' , buat saya sungguh tidak adil. Saya ingat dulu pernah ada yang bilang bahwa, kebahagiaan itu hak mutlak setiap orang. Jadi, kebahagiaan itu tidak dipilih. Tapi kita memilih ;')
Dan saya berdoa, semoga Tuhan juga selalu memberi adik-adik di sana kesehatan dan kebahagiaan. Serta punya masa depan yang sesuai dengan apa yang mereka mau. Amin Ya rabbal Alamin O:)


Beberapa sumbangan sembako, makanan, mainan, buku, and all


Perpus mini yang mudah-mudahan bisa jadi perpus besar


Pembukaan acara


Lihat wajah2 innocent mereka :')


Penutupan acara


Hadiah games


Kakak-kakak fasil :')

We're going miss u all, babe ... *Big love and hugs*

Kamis, 14 Februari 2013

End of the fucking chemo treatment

Selamat siang blogger, rasanya siang ini ingin berteriaaak ... AKHIRNYAAAA!!!!

Pengobatan yang melelahkan ini berakhir juga. I'm totally free from this fucking chemo!!!
Setelah kemo ke-6 kemarin, lalu menunggu hasil lab seminggu kemudian. Akhirnya saya dibebaskan dari kemoterapi. Itupun setelah saya melewati beberapa rintangan terlebih dahulu. Kalau istilah anak SD-nya, saya sempat musuhan dulu sama Tuhan karena merasa doa saya tidak didengar (terdengar kafir ya itu kalimat) :))

Dua minggu setelah kemoterapi ke-5, HCG saya 1,83. Karena perjanjian awal dengan dokter tinggal 2 kali lagi kemotrapi, so' saya dan keluarga hanya berfikir bahwa tinggal 1 kali lagi kemoterapi setelah 1,83 ini. Tapi ternyata dokter bilang, kita lihat hasil HCG setelah ini. Kalau bisa turun sampai 0 koma sekian kemoterapi bisa dihentikan. Tapi jika belum, tambah lagi 1 kali. Dan kami sekeluarga seperti berlomba-lomba berdoa pada Tuhan agar HCG saya di angka 0 koma. Kami juga optimis dan yakin kalau setelah ini akan jadi kemo terakhir. Saya yang biasanya pesimis pun mencoba untuk optimis. Mencoba untuk yakin bahwa Tuhan sepenuhnya akan mengabulkan doa kami.

Subhanallah, di kemo ke-6 efek dari kemonya luar biasa menyakitkan. Tentunya selain mual muntah yang berkepanjangan, seluruh badan saya sakit sekali. Saya merasa (maaf) lumpuh sementara. Menggerakkan badan sedikit saja sakitnya luar biasa. Saya nggak tahu apa saya yang manja tidak bisa melawan rasa sakit, atau memang badan saya sudah sepenuhnya menolak obat-obatan itu masuk ke tubuh saya sehingga rasa sakitnya luar biasa. Saya sampai berfikir, saya bisa saja meninggal gegara efek kemoterapi itu. Seriously, akal sehat saya seolah sudah tak bisa diajak kompromi untuk bersatu melawan rasa sakit.

Setelah kemo ke-6 tersebut, saya mulai menata hidup sedikit demi sedikit. Dengan modal keyakinan dan doa bahwa saya memang tidak akan kemoterapi lagi. Saya juga mulai membuat planning-planning baru untuk kelanjutan hidup saya. Hingga saatnya tiba saya harus melihat hasil HCG. Namun betapa kecewanya saya ketika hasilnya tidak sesuai dengan yang saya harapkan. Penurunan rata-rata yang biasanya 90% mendadak jadi hanya 30%. HCG saya turun, tapi hanya sedikit. Dia berhenti di angka 1,21. Tuhan! Saat itu juga saya menangis. Saya menangis dan menangis. Saya dan keluarga merasa kami sudah melakukan apa yang memang harus kami lakukan. Berdoa dan meminta pada Tuhan, dan mempercayakan semua hasilnya pada-Nya. Tapi kenapa hasilnya sungguh mengecewakan. Dan bayangan kemoterapi selanjutnya menjadi hantu yang menakutkan untuk saya.

Untuk saya pribadi, kejadian itu sangat memukul. Hati saya berontak. Otak saya menolak menatah-mentah. Dan seumur hidup, saya baru merasakan ada penolakan yang begitu hebat terhadap sesuatu. Yaitu terhadap kemoterapi ini. Jiwa dan tubuh saya sudah benar-benar tidak mau tahu akan adanya obat-obatan yang akan masuk lagi ke tubuh saya. Saya pun menolak. Tapi orang tua saya merayu saya agar mau 1 kali lagi kemoterapi. Mereka bilang perjalanan saya yang panjang ini akan sia-sia jika saya menyerah. Walaupun saya juga mati-matian mencoba untuk menerima, tapi tetap. Saya MENOLAK!

Satu hal yang pasti. Saat itu saya merasa sangat MARAH yang luar biasa pada Tuhan. Saya merasa sudah cukup apa yang saya lakukan untuk Dia tapi Dia belum juga mengabulkan permintaan saya. Saya tahu kalimat tadi terdengar tidak sopan, terdengar hina, terdengar 'memangnya saya siapa berani-beraninya marah pada Tuhan'. Tapi entahlah, saya benar-benar merasa bahwa Tuhan memang sedang menyaksikan kemarahan saya. Saya menangis sambil berkata, What do You want from me God? And I can't trust anything. Saya tetiba tidak percaya pada doa, harapan, dan pikiran optimis. Saya merasa semuanya sangat sia-sia. And my hubey just hug me and say, " Kalau kamu merasa sudah tidak kuat. Berhentilah. Toh tidak ada jaminan pasti apakah kemoterapi ini akan benar-benar bikin kamu sembuh. Dan serahkan saja semuanya sama Tuhan" Saya tidak mengerti, insting hati dan pikiran saya sangat bertolak belakang.

Hingga akhirnya, dokter bilang dengan entengnya bahwa HCG saya masih normal. Dan memang yang penting normal tidak di atas 5. Jadi, ya sudah kemoterapi ini bisa dihentikan. Alhamdulillahhhh. Ternyata Tuhan memang mendengar doa kami semua. Rasanya maluuuu sekali saya sudah berburuk sangka pada-Nya. Berulang kali saya sisipkan maaf di setiap doa saya. Dan saya percaya bahwa Tuhan Maha Pemaaf. Sayanya aja yang kurang ajar. And now, I stand up to facing everything. Saya harus siap menghadapi segala hal. Saya harus menunggu 1 tahun untuk punya anak. Dan masih kontrol HCG 2 minggu sekali. 

Terima kasih Tuhan, Engkau selalu menjadi pelindung di setiap kesulitan. Dan terima kasih semesta, sudah berkonspirasi dengan alam yang juga ikut mengabulkan doa saya. Saya masih selalu berdoa dan meminta bahwa setelah ini, kejadian-kejadian buruk kemarin tidak akan terulang. Tak ada lagi yang namanya kemoterapi, TTG, atau bolak balik rumah sakit (kecuali jika nanti saya melahirkan). Saya harap setelah ini, saya mulai menata kembali puing-puing yang kemarin sempat hilang. Dan saya akan tetap menjalani keseharian saya sebagai penulis. Thanks All, thanks for reading my story :)