Hola!
Akhirnya saya kembali dengan sejuta cerita. Ada begitu banyak hal yang ingin saya ceritakan di sini, tapi satu-satu dululah ntar otaknya overload :P
Saya ingin membahas tentang menjadi Orang Tua yang baik. Padahal, I don't even know bagaimana menjadi Orang Tua yang baik itu karena saya belum pernah memiliki anak. Tapi pada saat Tuhan sedang mempersiapkan saya untuk menjadi Orang Tua, Ia memberi banyak pelajaran. Bahwa menjadi Orang Tua itu tidak melulu cari duit biar anaknya bisa makan dan bisa hidup enak. Khususnya menjadi Ibu. Suami saya sering bilang bahwa tugas Ibu malah lebih berat. Selain mengandung dan menyusui serta menjaga di malam hari. Tapi juga harus mengajarkan banyak hal.
Akhirnya saya kembali dengan sejuta cerita. Ada begitu banyak hal yang ingin saya ceritakan di sini, tapi satu-satu dululah ntar otaknya overload :P
Saya ingin membahas tentang menjadi Orang Tua yang baik. Padahal, I don't even know bagaimana menjadi Orang Tua yang baik itu karena saya belum pernah memiliki anak. Tapi pada saat Tuhan sedang mempersiapkan saya untuk menjadi Orang Tua, Ia memberi banyak pelajaran. Bahwa menjadi Orang Tua itu tidak melulu cari duit biar anaknya bisa makan dan bisa hidup enak. Khususnya menjadi Ibu. Suami saya sering bilang bahwa tugas Ibu malah lebih berat. Selain mengandung dan menyusui serta menjaga di malam hari. Tapi juga harus mengajarkan banyak hal.
Dan saya gereget sama Ibu-ibu zaman sekarang yang hanya tahu akan kebanggaannya saja. Maaf, saya memang belum pernah menjadi seorang Ibu, tapi saya juga pernah hamil. Saya tahu rasanya sayang pada anak dan bangga bahwa saya akan menjadi Ibu. Tapi, berhentilah untuk selalu menceritakan semua kejadian pada saat mengandung anak khususnya di sosial media. Saya sadar bahwa hal itu malah membuat kita menjadi Ibu yang cuma bangga doank. Bukan benar-benar 'bagaimana-menjadi-Ibu'. Anggaplah saya hanya sok tahu. Tapi saya sudah muak dengan banyaknya Ibu-ibu yang hanya bisa curhat di sosial media. Bahkan dari mulai tespack hingga hasil foto USG bayi selama di kandungan semua disebar dengan bangganya. Dulu, kalau kehamilan saya yang pertama tidak gagal mungkin saya pun bisa menjadi seperti mereka. Tapi untungnya tidak. Karena lama kelamaan saya mulai merasa kegiatan seperti itu konyol. Dan membuat kita terlihat seperti seorang Ibu yang tidak smart.
Bangga boleh, mendoakan boleh, mencintai calon anak ya harus, tapi mengumbar cerita itu terkesan agak norak. Saya sudah terima resikonya jika ada banyak orang yang merasa tidak setuju atau tidak terima dengan tulisan saya ini. Gak papalah. Toh ini opini pribadi dan saya berhak mengungkapkannya. Makanya jadi terdengar lucu aja kalau ada Orang Tua yang bilang anak adalah titipan tapi saking seringnya mereka memamerkan anaknya malah terlihat seperti kebanggaan. Jadi, titipannya sebelah mana?
Dan punya anak itu bukan hanya tentang kebanggaannya saja yang semua-orang-wajib-tahu-gue-hamil-dan-punya-anak. Punya anak juga bukan seperti nenteng tas Hermes Ori yang ya-jelas-lah-semua-orang-wajib-tahu. Better lebih banyak mendoakan dia, jauh sebelum dia lahir ke dunia. Toh anak yang ada di kandungan kita pun belum tentu setuju dirinya diekspos di sosial media dari sebelum dia lahir. Ingatlah bahwa bayi kecil nan mungil menggemaskan itu juga memiliki naluri. Siapa pun yang tidak setuju dengan tulisan saya ini, boleh protes. Monggo! Kalian juga boleh bilang saya hanya sirik karena tak punya anak, tapi jika orangnya pintar pasti bisa menilai lebih dari itu. Saya gak peduli dianggap sirik atau apa, karena untuk sebagian teman-teman saya yang belum memiliki anak pun ternyata beranggapan sama. Melihat Ibu-ibu hamil yang banyak mengumbar cerita si jabang bayi itu jadinya malah risih.
Karena kita semua tahu, bahwa dalam menjadi Orang Tua akan ada masa pertanggungjawaban di hadapan Tuhan suatu saat nanti. Itulah yang harus kita pikirkan. Bagaimana kita bisa menjadikan anak kita sebagai anak yang hanya takut pada Tuhan, yang mencintai Tuhan, yang mencintai sesama, yang akhlaknya baik, dan bagaimana dia bisa menjadi anak yang cerdas. Malu donk kalo nanti kita sebagai Orang Tua ditanya Tuhan apa yang sudah kita berikan pada anak masa kita harus jawab 'Saya sudah update sekian detik sekali di status BBM Tuhan, karena saya sayang sama anak saya.' Kan nggak mungkin juga :D
Bahkan masih banyak juga Orang Tua yang setelah diberi anak oleh Tuhan tapi menyia-nyiakan kesempatan untuk mencintai, menyayangi, dan mendidik anak-anaknya. Percayalah, bahwa mereka lahir ke dunia dengan tanpa membawa apa-apa. Ibaratnya, mereka hanya kertas kosong yang tak tahu harus menulis apa. Dan kitalah sebagai Orang Tua yang harus mengisinya dengan segala sesuatu yang baik. Bukan dipamerkan. Mungkin saya juga terdengar seperti sok bijak, tapi saya percaya bahwa bukan tanpa alasan Tuhan memberi kita tugas. Lalu, apakah kita hanya akan menjadikan tugas tersebut hanya sebagai pameran? Hanya sebatas itu?
Kalo bahasanya suami saya sih, kita harus belajar bagaimana mengolah rasa. Saat kita sedang pamer ini itu tentang anak, tidakkah kamu tahu bahwa di luar sana ada banyak perempuan yang sedang harap-harap cemas menunggu berita kehamilan, perempuan yang tidak bisa punya anak, perempuan yang memiliki anak tapi dengan banyak riwayat kesehatan yang kurang baik? Tidakkah kamu tahu bahwa dengan melihat status tentang anak tersebut bisa membuat para perempuan itu bersedih. Bahkan merasa tidak cukup baik untuk menjadi seorang Ibu. Maka, berceritalah sewajarnya. Agar kita bisa menjadi Orang Tua yang baik. Termasuk saya yang hingga kini masih mengharapkan bisa memiliki anak dan bisa selalu sehat. Tapi sudahlah, ini hanya pendapat saja. Tidak setuju tidak apa-apa. Mari kita saling berpikir positif :)