Seorang dokter yang bertugas di sebuah desa sedang berkeliling ke rumah warga lalu mampir di rumah seorang petani, ia terkesan oleh kepandaian dan sikap ramah dari anak si petani yang menyambut kedatangannya. Usianya kira-kira 5 tahun, sang dokter penasaran mengapa anak itu begitu ramah. Tak lama ia menemukan jawabannya, saat ibu anak itu tengah sibuk di dapur mencuci piring-piring dan perkakas dapur yang kotor, si anak datang kpdnya dgn membawa sebuah majalah.
“Bu, apa yang sedang dilakukan pria dalam foto ini?” tanyanya.
Sang dokter tersenyum kagum ketika melihat ibu anak itu segera mengeringkan tangannya, duduk di kursi, memangku anak itu dan menghabiskan waktu selama sepuluh menit utk menerangkan serta menjawab berbagai pertanyaan buah hatinya.
Setelah anak itu beranjak pergi sang dokter menghampiri ibu itu dan berujar, “Kebanyakan ibu tidak mau diganggu saat ia sedang sibuk. Mengapa ibu tidak seperti itu?”
Dgn senyum si ibu menjawab, “Saya masih bisa mencuci piring dan perkakas kotor itu selama sisa hidup saya, tetapi pertanyaan-pertanyaan polos putra saya muingkin tidak akan terulang sepanjang hidup saya.”
JANGANLAH KITA SEBAGAI ORG TUA MENJADI TERLALU SIBUK DENGAN PEKERJAAN, HOBI, HEWAN KESAYANGAN DAN LAIN-LAIN SAMPAI-SAMPAI BEGITU SEDIKIT BAHKAN TIDAK ADA WAKTU TERSISA UNTUK BERCENGKRAMA, BERBICARA, BERMAIN BERSAMA DENGAN ANAK.
Jika anak menghampiri Anda dan ingin mengajak berbicara, sebaliknya hentikan apapun yang sedang anda lakukan dan jadilah pendengar yang baik bagi dia. Sadarlah bahwa mungkin itu tidak akan pernah datang lagi. Anda tahu bahwa anak Anda sedang tumbuh besar saat mereka mulai mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang ada jawabannya.
Tidak Perlu Memperdebatkan Hal yang Tidak Penting
Di Tiongkok pernah hidup seorang hakim yang sangat dihormati karena tegas dan jujur. Suatu hari, 2 orang menghadap sang hakim. Mereka bertengkar hebat & nyaris beradu fisik. Keduanya berdebat tentang hitungn 3 x 7.
Yang satu mengatakan hasilnya 21, yang lain bersikukuh mengatakan hasilnya 27. Ternyata sang hakim memvonis cambuk 10x bagi orang yang menjawab 21.
Spontan si terhukum memprotes. Sang hakim menjawab, “Hukuman ini bukan untuk hasil hitunganmu, tapi untuk kebodohanmu yang mau-maunya berdebat dengan orang bodoh yang tidak tau kalo 3 x 7 adalah 21!!”
Pesan Moral:
Jika kita sibuk memperdebatkan sesuatu yang tak berguna, berarti kita juga sama salahnya atau bahkan lebih salah daripada orang yang memulai perdebatan. Sebab dengan sadar kita membuang waktu dan energi untuk hal yang tidak perlu.
Bukankah kita sering mengalaminya? Bisa terjadi dengan pasangan hidup, tetangga / kolega. Berdebat atau bertengkar untuk hal yang tidak ada gunanya, hanya akan menguras energi percuma. Ada saatnya untuk kita diam untuk menghindari perdebatan atau pertengkaran yang sia-sia. Diam bukan berarti kalah, bukan?
Memang bukan hal yang mudah, tapi janganlah sekali-kali berdebat dengan orang bodoh yang tidak menguasai permasalahan. Janganlah berdebat dengan seseorang manakala kita tahu bahwa sudut pandangnya bertolak belakang dengan kita.
MERUPAKAN SUATU KEARIFAN BAGI ORANG YANG BISA MENGONTROL DAN MENGHINDARI KEMARAHAN ATAS SUATU KEBODOHAN
Enam Kebohongan Mama
Mama dlm hidupnya membuat 6 kebohongan:
1. Saat makan, jika makanan kurang, ia akan memberikan makanan itu kepada anaknya dan berkata, “Cepatlah makan, Mama tidak lapar.”
2. Waktu makan, ia selalu menyisihkan ikan dan daging untuk anaknya dan berkata, “Mama tidak suka ikan, makanlah, nak..”
3. Tengah malam saat melihat dia sedang menjahit pakaian untuk mencari penghasilan buat keluarga, Ia berkata, “Cepatlah tidur, Mama masih belum ngantuk..”
4. Saat anak-anak sudah tamat dan bekerja di kota besar, mereka mengirimkan uang untuk Mama. Ia juga berkata, “Mama masih punya uang.”
5. Saat anak-anak sudah sukses, mereka menjemput mamanya untuk tinggal di kota besar, Ia lantas berkata, “Rumah tua kita sangat nyaman, Mama tidak terbiasa tinggal di sana.”
6. Saat menjelang tua, mama sakit keras, hanya bisa beristirahat, anak-anaknya akan menangis, tetapi Mama masih bisa tersenyum sambil berkata, “Jangan menangis, Mama tidak sakit.” Ini adalah kebohongan terakhir yg dibuat Mama.
Tidak peduli seberapa kaya kita, seberapa dewasanya kita, Mama selalu menganggap kita anak kecil, mengkhawatirkan diri kita tapi tidak pernah membiarkan kita mengkhawatirkan dirinya. Semoga semua anak-anak di dunia ini bisa menghargai setiap kebohongan Mama, setiap saat juga mensyukuri kebesaran seorang Mama.
Dua orang ibu memasuki toko pakaian & membeli baju seragam anaknya.
Ternyata pemilik tokonya lagi bad mood sehingga tidak melayani dengan baik, malah terkesan buruk, tidak sopan dengan muka cemberut.
Ibu pertama jelas jengkel menerima layanan yang buruk seperti itu.
Yang mengherankan, ibu kedua tetap enjoy, bahkan bersikap sopan kepada penjualnya.
Ibu pertama bertanya, “Mengapa Ibu bersikap demikian sopan pada penjual menyebalkan itu?”
Lantas dijawab, “Mengapa aku harus mengizinkan dia menentukan caraku dalam bertindak ? Kitalah sang penentu atas hidup kita, bukan orang lain.”
“Tapi ia melayani dengan buruk sekali,” bantah Ibu pertama.
“Itu masalah dia. Kalau dia mau bad mood, tidak sopan, melayani dengan buruk dll, toh tidak ada kaitannya dengan kita. Kalau kita sampai terpengaruh, berarti kita membiarkan dia mengatur & menentukan hidup kita, padahal kitalah yang bertanggung jawab atas diri kita,” jelas Ibu kedua.
Tindakan kita kerap dipengaruhi oleh tindakan orang lain kepada kita. Kalau orang melakukan hal buruk, kita akan membalasnya dengan hal yang lebih buruk lagi. Dan sebaliknya. Kalau orang tidak sopan, kita akan lebih tidak sopan lagi. Kalau orang lain pelit terhadap kita, kita yang semula pemurah tiba2 jadinya sedemikian pelit kalau harus berurusan dengan orang tersebut. Ini berarti tindakan kita dipengaruhi oleh tindakan orang lain.
Kalau direnungkan, sebenarnya betapa tidak arifnya tindakan kita. Mengapa untuk berbuat baik saja, harus menunggu diperlakukan dengan baik oleh orang lain dulu?
Jagalah suasana hati sendiri, jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan cara kita bertindak! Kitalah sang penentu yang sesungguhnya!
Pensil dan Penghapus
Pensil : Maafkan aku.
Penghapus : Maafkan untuk apa? Kamu tidak melakukan kesalahan apa-apa.
Pensil: Aku minta maaf karena telah membuatmu terluka. Setiap kali aku melakukan kesalahan, kamu selalu berada di sana untuk menghapusnya. Namun setiap kali kamu membuat kesalahanku lenyap, kamu kehilangan sebagian dari dirimu. Kamu akan menjadi semakin kecil dan kecil setiap saat.
Penghapus : Hal itu benar. Namun aku sama sekali tidak merasa keberatan. Kau lihat, aku memang tercipta untuk melakukan hal itu. Diriku tercipta untuk selalu membantumu setiap saat kau melakukan kesalahan. Walaupun suatu hari, aku tahu bahwa aku akan pergi dan kau akan menggantikan diriku dengan yang baru. Aku sungguh bahagia dengan perananku. Jadi tolonglah, kau tak perlu khawatir. Aku tidak suka melihat dirimu bersedih
Saya menemukan kisah percakapan antara si pensil dan si penghapus sungguh inspiratif.
Orang tua kita layaknya si penghapus sedangkan kita layaknya si pensil. Mereka (Orang tua) selalu ada untuk anak-anak mereka, memperbaiki kesalahan anak-anaknya.
Terkadang, seiring berjalannya waktu…
Mereka akan terluka dan akan menjadi semakin kecil
(Dalam hal ini, maksudnya bertambah tua dan akhirnya meninggal).
Walaupun anak-anak mereka akhirnya akan menemukan seseorang yang baru (Suami atau Istri), Namun orang tua akan selalu tetap merasa bahagia atas apa yang mereka lakukan terhadap anak-anaknya dan akan selalu merasa tidak suka bila melihat buah hati tercinta mereka merasa khawatir ataupun sedih.
“Hingga saat ini, saya masih selalu menjadi si pensil, dan hal itu sangat menyakitkan diri saya untuk melihat si penghapus atau orang tua saya semakin bertambah “kecil” dan “kecil” seiring berjalannya waktu. Dan saya tahu bahwa kelak suatu hari, yang tertinggal hanyalah “serutan” si penghapus dan segala kenangan yang pernah saya lalui dan miliki bersama mereka.”
Kisah ini saya dedikasikan secara khusus kepada orang tua saya dan seluruh orang tua kalian.
PARENTS are The Most in LIFE
Ada seorang tukang kayu. Suatu saat ketika sedang bekerja, tak disengaja arlojinya terjatuh kedalam tumpukan tinggi serbuk kayu. Arloji itu adalah sebuah hadiah dan telah dipakainya cukup lama. Ia amat mencintai arloji tersebut. Karenanya ia berusaha sedapat mungkin untuk menemukan kembali arlojinya.
Sambil mengeluh mempersalahkan keteledoran diri sendiri, si tukang kayu membongkar tumpukan serbuk yang tinggi itu. Teman-teman sekerjanya turut membantu mencari. Namun sia-sia saja. Arloji kesayangan itu tetap tak ditemukan. Tibalah saat makan siang. Rombongan tukang kayu dengan lesu meninggalkan bengkel tempat mereka bekerja
.
Seorang anak yang sejak tadi memperhatikan mereka mencari arloji, mendatangi tumpukan serbuk kayu itu. Ia berjongkok dan mencari. Tak berapa lama berselang ia telah menemukan arloji kesayangan si tukang kayu. Tentu saja si tukang kayu itu amat gembira. Namun ia juga heran, karena sudah begitu banyak org telah membongkar tumpukan serbuk namun sia-sia. Tapi si anak seorang diri saja, dan berhasil menemukan arloji itu.
“Bagaimana caranya engkau mencari arloji ini?”, tanya si tukang kayu. “Saya hanya duduk tenang di lantai. Dalam keheningan itu saya bisa mendengar bunyi tak-tik, tak-tik. dengan begitu saya tahu di mana arloji itu berada”.
Keheningan adalah pekerjaan rumah yang paling sulit diselesaikan selama hidup. Sering secara tidak sadar kita terjerumus dalam seribu satu macam ‘kegaduhan’ yang membutakan mata batin kita.
Tabur Kejujuran
Seorang CEO hendak mewariskan perusahaan besar kepada karyawan terbaiknya.
Untuk itu ia memanggil seluruh karyawannya, memberikan masing-masing sebutir BENIH di tangannya dan berkata, “Sirami dengan teratur, rawat, dan kembalilah setahun dari sekarang dengan membawa tanaman yang tumbuh dari benih ini. Yang TERBAIK, pemiliknya akan menjadi penggantiku sebagai CEO perusahaan ini.”
Seorang karyawan, Rahmat, pulang ke rumah. Setiap hari disiraminya dengan air dan pupuk. Setelah 6 bulan, di kantor, eksekutif lainnya saling membicarakan tanaman mereka, sedangkan Rahmat melihat TIDAK ADA PERUBAHAN yang terjadi pada benih miliknya.
IA MERASA GAGAL.
Setelah setahun, seluruh eksekutif menghadap CEO, memperlihatkan hasil benih tersebut. Rahmat berkata pada istrinya bahwa ia tidak akan membawa pot yang kosong, namun istrinya mendorongnya untuk menyatakan yang sebenarnya. Rahmat menyadari bahwa istrinya menyarankan HAL YANG BENAR.
Memasuki ruangan meeting, Rahmat membawa sebuah pot kosong. Seluruh mata memandangnya kasihan. Ketika Sang CEO memasuki ruangan, ia memandang keindahan seluruh tanaman itu, hingga akhirnya berhenti didepan Rahmat yang tertunduk malu. Sang CEO memintanya ke depan dan menceritakan TRAGEDI yang menimpanya.
Ketika ia selesai bercerita, Sang CEO berkata, “Berikan tepuk tangan yang meriah untuk Rahmat, CEO yang baru”.
Ia berkata, “Aku memberikan kepada kalian sebutir benih yang sebelumnya TELAH KUREBUS DI AIR PANAS hingga mati dan tidak mungkin untuk tumbuh. Melihat bahwa benih itu tidak tumbuh, kalian menukarnya dan berbohong kepadaku. Lain halnya dengan Rahmat, dia mau berkata yg sebenarnya terjadi.”
Tabur KEJUJURAN, menuai KEPERCAYAAN
Tabur KETEKUNAN, menuai KEMENANGAN
Tabur KERJA KERAS, menuai KESUKSESAN
Jangan TAKUT menjalani Jika itu BENAR
Lilih Harapan
Ada 4 lilin yang sedang menyala, sedikit demi sedikit meleleh. Dalam kesunyian terdengar percakapan mereka :
Lilin 1: “Aku adalah damai, tapi manusia tidak mengajakku lagi, aku tak lagi berguna, lebih baik aku matikan saja diriku”. Lalu sang lilin “mematikan dirinya”.
Lilin 2: “Aku adalah iman, aku juga tidak berguna lagi bagi manusia, mereka tidak pernah mengajakku lagi, lebih baik aku tidak menyala saja! Lalu “tiupan angin” mematikan lilin 2.
Lilin 3: “Aku adalah cinta, tapi aku juga tak berguna bagi manusia, karena mereka selalu saling membenci, bahkan membenci orang yang dicintainya atau yang mencintainya; jadi lebih baik aku matikan saja diriku. Maka lilin 3 pun mati.
Tiba-tiba seorang anak kecil masuk kedalam ruangan itu. Karena “menghadapi kegelapan” anak itu berteriak, “Kenapa kalian mati!? Aku takut kegelapan,” katanya sambil menangis tersedu-sedu.
Lalu lilin 4 berkata: “Anak kecil, jangan menangis, selama masih ada aku! Mari.. kita nyalakan ke3 lilin itu.”
Lalu sang anak mengambil lilin 4. Dengan lilin itu dinyalakannya ketiga lilin yang sudah mati, sehingga ruangan menjadi terang kembali, lebih terang dari sebelumnya.
Ternyata lilin 4 itu adalah
H A R A P A N.
http://www.googlebottle.com/category/kisah-inspirasional