Rabu, 22 Agustus 2012

It is about life, not life style!

Hoaaaaa. Akhirnya bisa juga nongkrong depan laptop walau kepala masih pusing-pusing agak kurang nice buat diajak mikir. Sebenernya saya pengen nulis blog tentang ini dari sekitar 2 hari yang lalu. Tapi berhubung kepala saya berat sama pusing ya terpaksa ditunda dulu :D (okelah ini sama sekali gak penting).

Jadi, awalnya saya berfikir pengen nulis tentang gaya hidup atau perubahan gaya hidup seseorang saat melihat gaya hidup seseorang yang memang sudah berubah jauh dari pandangan saya tentang dia. Sebut saja dia salah satu sahabat saya. Kenapa saya panggil dia sahabat? Karna buat saya, sahabat itu orang yang paling tahu saya dan pernah ngalemin masa-masa susah bareng. And she does.
Kita temenan dari SMP kelas 2, dia satu-satunya orang yang paling mengerti saya di masa-masa sulit saya dulu. Dia juga orang yang masih mau temenan sama saya walau tahu saya type orang emosian. Intinya, dia selalu ADA. Dan satu hal yang bikin kita cocok bahkan masih bersahabat sampe kita SMA dan bahkan kuliah adalah, dia cerdas. So' we have the same taste in everything. Dia juga yang banyak mengajarkan saya banyak hal, bahkan bahasa inggris (she's really good in english).

Kita satu sekolah di SMP, pisah di SMA, lalu ketemu lagi di kampus tapi beda jurusan. Saya dan dia nggak pernah putus hubungan. Dalam hal apapun kita selalu conected. Singkat cerita, saya adalah tempat dia menangis dan mengadu tentang cowoknya yang saat itu brengseknya ngalahin brengsek Zumi Zola (lah, emang Zumi brengsek?) :P 
Saya selalu siap untuk mendengarkan. Kita selalu bercerita tentang mimpi-mimpi kita berdua. Dari mulai tentang pasangan hidup sampai karir. Suatu waktu, saat saya masih berpacaran dengan pasangan hidup saya dia cerita bahwa dia baru saja menemukan the one. Menemukan pria yang selama ini ia cari. Saya senang, sangat senang. Di saat saya juga sudah menemukan orang yang tepat, and she's got it too! Tuhan memang membuat segalanya tepat di waktu yang tepat.

Tapi, satu hal yang membuat saya berubah pandangan tentang dia. Sahabat saya bertahun-tahun lalu. Cara berfikir dia. Dia pernah mengemukakan pendapatnya tentang pernikahan. Dia sedang melakukan segala cara agar fisik dia lebih baik dari hari ke hari, mulai dari luluran sampai perawatan. And all about physicall. Saya tahu itu bagus, tapi begitu mendengar alasannya. Dia bilang, dia melakukan itu agar calon suami akan selalu mencintai dia. Buatnya, dengan menjadi cantik pasangan hidup sudah dijamin tidak akan kabur ke perempuan lain. Dan banyak pemikiran-pemikiran dia yang buat saya sih melenceng. Bukan sebagaimana kehidupan itu seperti apa adanya. Saya sampai bilang sama dia, saya punya banyak perjuangan yang harus saya lakukan untuk ke jenjang pernikahan. Saya dan pasangan hidup saya banyak belajar dari rasa sakit dan perjuangan. Bagaimana Tuhan mengajarkan kami agar kami kuat menghadapi cercaan dan materi yang saat itu ala kadarnya. Demi menikah. Demi punya kehidupan yang lebih baik. Dan kenapa dia hanya sibuk memikirkan bagaimana  caranya menjadi cantik dan agar selalu DICINTAI???

Saya tahu, bahwa saat itu karir dia dan pasangannya jauh lebih baik dari saya dan pasangan saya. Bahkan dari situ saya mulai melihat bahwa gaya hidup dia sudah berubah. Saya tidak bilang materi, tapi buat dia sepertinya materi, kekayaan, kecantikan, itu adalah modal hidup dia untuk mendapatkan pasangan yang tepat, untuk mendapatkan rumah tangga yang bahagia dan hidup yang sempurna. Padahal, saya belajar lebih banyak dari itu. Buat saya kebahagiaan hidup lebih dari hanya sekedar materi berlimpah. Lebih dari sekedar apakah saya cantik atau tidak. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk menghilang. Saya yang menghilang dari hidupnya. Saya yang memutuskan untuk tetap menjadi saya. Karna buat saya, gaya hidup kami sudah berbeda. Mungkin saya pun bukan sahabat yang baik, walau kadang how much I miss our moment. Tapi entah kenapa, saya yang pada akhirnya tidak bisa mengikuti gaya hidup dia. Saya yang tidak bisa mengikuti cara berfikir dia. Mungkin saya juga tidak benar-benar tahu alasan-alasan dia dan kehidupan dia yang sesungguhnya. Saya hanya menyayangkan, kenapa perempuan secerdas dia bisa melupakan bahwa kita pernah mengalami masa-masa sulit. Bagaimana kita bisa menghargai masa-masa sulit dalam hidup. Dan bagaimana kita bisa belajar menjadi seseorang yang tetap ingat saat kita di bawah saat kita sudah di atas.

Dear, 
you know that is the beauty of life more than IT!!!
I hope someday, kita sama-sama mengerti. Entah kamu yang mengerti cara aku berfikir atau aku yang mengerti cara kamu hidup. Yeah. Someday.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar