Senin, 26 Desember 2011

Baik di luar buruk di dalam

Ada banyak contoh di luar sana yang sering saya perhatikan
Ehm, mungkin mata saya yang sipit ini *akhirnya mengakui* terlalu jeli untuk melihat hal-hal kecil di sekitar saya
Saya tahu ada banyak cewek/gadis yang punya kebanggaan tersendiri saat punya cowok ganteng dan kaya (means, yang kaya orang tuanya)
Saya juga mengakui kok, dulu standart ganteng dan kekayaan jadi first list di daftar 'pencarian-soulmate' saya
Tapi, melihat beberapa kasus temen saya *berasa lagi baca bukunya sherlock holmes ga sih* :D , saya malah nggak abis pikir sama mereka-mereka yang sering banget mengeluh tentang kelakuan-kelakuan pacarnya yang nyebelin, nyakitin, sampe yang paling memalukan sekalipun. Tapi entah kenapa masih mereka pacari dan masih mereka pilih sebagai tujuan akhir mereka sampe sekarang
Saya tahu banget rasanya dibodohi oleh cinta, dibikin nangis oleh cowok yang itu-itu aja, dan dibikin kayak lagunya peterpan (kaki dikepala kepala di kaki) saking banyaknya berkorban buat cowok itu
Saya juga tahu masa-masa menjadi wanita bodoh yang mengira bahwa he's the one for me

Tapi, sekarang di umur saya yang ke 25 tahun ini saya sadar bahwa saya salah
Mindset saya yang salah mengira
Pikiran dan otak saya yang salah membagi mana cinta mana obsesi
Apalagi didukung dengan sesuatu yang hanya menjadi wujud semu di mata saya
Fisik dan ke'tajir'an yang si' cowok punya
But, over all dan seiring dengan berjalannya waktu dengan kejadian-kejadian tragis saya dan pria-pria di zaman dulu itu. Saya sadar kalo apa yang saya cari bukan itu
Itu hanya sebagian simbol dari bahagia semu saya saat masih menjadi gadis labil yang masih nggak tahu apa yang saya cari dari seorang pria
Apalagi *MAAF BUKAN SAYA SOMBONG* setelah saya menemukan seseorang yang tepat yang Tuhan kirim ke hidup saya akhirnya saya tahu list yang kirim ke Tuhan lewat SMS/BBM (kalau bahasa manusianya) ternyata di jawab Tuhan lewat pria ini

Oke, back to the topic
Saya masih belajar dari jalan/cerita hidup temen-temen saya itu yang masih terjebak dalam ketampanan dan materi semata. Mereka bahagia dan bangga menjadi seseorang bagi pria yang menurut mereka sempurna. Tapi batin mereka masih menangis. Ada bahagia tapi saya sangsi apakah itu the real bahagia yang mereka pilih dan yang mereka mau dalam hidup
Saya bukan Tuhan yang menentukan jalan hidup mereka atau sok-paling-tahu apa yang terbaik untuk mereka
Saya hanya orang ketiga yang mempunya penilaian yang lebih real dibanding ke-absurd-an yang mereka buat sendiri tapi tak mereka sadari

Buat saya, saya bahagia dengan tanpa materi berlimpah (bukan berarti saya nggak mau kaya ya :D)
But, I means ada hal lain yang jauh lebih bikin saya bahagia dibanding hanya beberapa hal yang hanya tampak di luar :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar