Senin, 19 November 2012

If my Alena still alive :)

Entah karena saya selalu mengharapkan anak perempuan, atau berharap bahwa saat hamil pertama itu anak saya adalah anak perempuan maka selama mengandung saya selalu merasa bahwa saat Tuhan memberikan jenis kelamin padanya ia benar-benar perempuan. Sorry for this God, bukan berarti saya nggak mau anak laki-laki. But, apapun jenis kelaminnya saya akan sangat bahagia. Tapi naluri saya bilang bahwa saya ingin anak perempuan (tak ada yang salah kan dengan berandai-andai) ;)

Sampai sekarang saya masih selalu merasa bahwa anak pertama saya kemarin itu perempuan. Dan jika Tuhan mengizinkan, saya menamainya Alena. Kenapa harus Alena? Karena dulu, waktu saya sedang akan menulis novel saya tanya pada suami saya karakter nama apa yang bagus untuk tokoh utama di novel saya. And then he say, Alena :) and I think it's a good name. Yang sampai sekarang sudah menjadi sebuah novel berjudul 1 Perasaan 3 Logika (excuse me! Promote) ;)
Suami saya sampai menggambar lagi tangannya dengan gambar seorang bayi dengan sayap malaikat yang sedang tidur nyenyak. Kalau saya lagi kangen, saya suka liatin gambar Alena yang lagi bobo nyenyak. This one! You can seeing my alena's sleep well :)


Lagi-lagi saya berandai-andai. If my Alena's still alive, saya akan ajak dia mengenal dunianya dari sebelum dia lahir ke dunia. Saya akan membacakan banyak cerita inspiratif padanya agar jika besar nanti dia suka membaca, bahkan bisa belajar baca sejak umur 4 tahun kayak Mommynya. Saya akan perdengarkan lagu-lagu kesukaan saya. Dari yang galau sampai yang jatuh cinta. Agar dia bisa menikmati musik dalam hidupnya. Saya akan mengajarkan dia untuk menjadi cerdas. Dalam berfikir, dalam bertindak, dalam menghadapi orang, dan dalam cara dia mencintai Tuhannya, orang tuanya, dan sesama. Agar dia bisa jadi orang yang menghargai perasaan cinta. Saya juga akan memberi tahu dia hal-hal apa saja yang orang-orang di dunia bilang itu buruk. Agar dia tahu, bahwa dunia tempat dia hidup itu bukan negri dongeng. Saya akan ajari dia bagaimana seharusnya dia memilih orang yang tepat. Bukan pria yang sesuai bibit bebet bobotnya, tapi pria yang bisa menghargai dia. Seperti Papanya menghargai Mommynya as good as well.

Alena, I miss you so' badly. Orang bilang, katanya kamu akan mendoakan dan menolong Papa and Mommy di akhirat nanti. I don't know it's rite or wrong. I DON'T care at all. Cause I beleive that you always praying for your parents, there :)

Satu hal lagi. Saya juga akan mengajarkan Alena bagaimana caranya bertahan hidup. Karena orang-orang yang akan ia temui nanti tidak selalu orang yang baik. Dan hidup yang akan ia lewati, tidak akan mulus selamanya. Tapi selama ia selalu bertahan dengan kekuatannya sendiri, dengan tangan-tangan tersembunyi dari Tuhan, saya yakin dia akan selalu baik-baik saja. Alena harus kuat seperti Papa :)

But, in fact. Alena still fall asleep now. Tapi kami, orang tuanya selalu mendoakan dia akan selalu tidur nyenyak dan mimpi indah. If you still alive, Mommy would ask you to go shopping dear Alena :))


Source : google
This Alena Nikiforova

I don't even know her, I found her pic on google. And I hope my Alena will beautyfull like this Alena :))

Sabtu, 17 November 2012

Seandainya ...


Tiba-tiba, malam ini pengen bicara. Entah sama siapa. Tiba-tiba terlintas gitu aja pikiran ini. Ya udah sih mending nulis aja. Bukankah menulis juga bicara? Tapi lewat tulisan. Dan berharap masih ada yang mau membaca untuk mendengar. Tapi nggak juga gak apa-apa (nah, kan sensitiv amat kayak handphone touchscreen) :D

Saya berfikir, seandainya saya jadi hamil. Dan gak terkena hamil anggur, lalu nggak harus menjalani kemoterapi. Mungkin sekarang perut saya sudah mulai membesar. Ada bayi yang mulai gerak di perut saya. Dan mungkin sekarang saya lagi syukuran 4 bulanan. OMG writing this, make me wanna cry for a while. 
Waktu saya hamil, teman-teman sebaya saya juga sedang hamil. Hanya beda beberapa bulan. Waktu itu saya senang karena kita sedang sama-sama hamil. Membayangkan betapa bahagianya kami akan menimang seorang bayi. Apalagi rata-rata sama kayak saya. Anak pertama. Tapi sekarang setelah saya gak jadi hamil, saya malah sedih. Rasanya gak sanggup liat mereka saling memperlihatkan foto anak-anak mereka di BB atau di facebook. Sorry to say but, I'm not jealouse. But, saya merasa. Di saat mereka sedang bahagia punya anak, saya malah harus menjalani proses kemoterapi yang panjang ini. 

God, sorry for this thing! Saya gak salahin siapa-siapa. Karena saya juga yang bilang kalo ini kehendak Tuhan. Itu alasan yang paling masuk akal buat saya. Dan yang paling bikin saya merasa nyaman mendengar alasan itu. Gak tahu gimana harus jelasinnya. Saya nggak sanggup bayanginnya kalo suatu hari nanti saya melihat kebahagiaan teman-teman saya. Saya cuma merasa, saya sedang tidak seberuntung mereka.

Bukannya saya juga menyesali kejadian ini. Nope! Sama sekali nggak. Saya cuma berandai-andai sebentar. Seandainya saya gak harus sakit. Seandainya saat itu saya beneran akan punya baby. Tapi ya gimana lagi, saya yang harus berdamai dengan kenyataan. Bukan malah mengutuk keadaan. Jatohnya malah dosa kalo saya seolah naif. Malam ini saya cuma sedih. Bukan sedih karena moment-punya-anak saya harus ditunda, tapi mungkin karena saya belum ikhlas harus sakit. Harus kemoterapi, harus menjalani proses yang panjang. OMG! Damn I wanna crying here. But, NO! My tears don't fall here.

Dear God, sorry for everything I say tonite. Sorry for this sad moment. I don't mean, seriously. Mudah-mudahan suatu hari nanti saya sudah kuat. Menghadapi kenyataan kehilangan anak pertama saya, dan harus sabar menjalani segenap perawatan kemoterapi ini. Saya mau sembuh secepatnya, Tuhan ...
Saya mau ada bayi yang hidup sehat di rahim saya. Ada bayi yang akhirnya bisa lahir dengan sempurna dan sehat dari rahim saya. Mudah-mudahan ya ...

Jumat, 16 November 2012

My passion on writing


Source : Google.com

Dulu, saya masih inget banget waktu saya masih beraktifitas bekerja di kantor, keinginan terpendam saya yang saat itu belum berani saya lakukan adalah diam di rumah. Bangun tidur setelah menyiapkan tetek bengek kebutuhan suami sebelum ia pergi kerja saya akan menulis. Menulis apapun. Dan akan saya jadikan hal itu profesi. Pekerjaan saya sehari-hari setelah mengurus rumah tangga. Saya tidak berfikir bahwa apa yang saya kerjakan itu apakah menghasilkan uang atau tidak. Apakah saya mengeruk keuntungan dengan menulis untuk media cetak or something like that. Nope!

Yang saya bayangkan saat itu hanyalah feel dari menulis itu. Duduk di depan laptop dan jalan-jalan di internet. I'll do everything I want. Dan akan ada secangkir kopi panas yang menemani saya (walaupun saya gak gitu suka ngopi, tapi bok biar gaya aja kayak penulis-penulis yang suka nulis sambil ngopi). Muahahahahaha *laugh for me please*.

Atau ditambah rokok yang menghasilkan asap yang mengepul manja dari mulut saya. Tapi bagian yang itu gak saya pilih. Bok, gue udah jadi calon emak-emak. Laki gue bisa marah-manja-grop kalo liat saya merokok. Ya udah sih gak harus gaya juga kalau mau nulis ya :D

Tanpa saya sadari, ternyata apa yang saya inginkan saat itu tercapai juga sekarang. Sebenarnya ini tidak terencana sama sekali. Berhubung saya sakit, harus bedrest dan harus menjalani berbagai perawatan dan pengobatan mengharuskan saya ada di rumah. Melupakan sejenak rutinitas bekerja. Dan untuk menghilangkan bosan, saya pun menulis. Hampir setiap hari saya menulis atau nongkrong di depan laptop. Menulis apapun. Minimal ada yang saya tulis. Dan ternyatahhhh, mendisiplinkan menulis di depan laptop lalu mencari berbagai sumber dari buku, internet, atau bahkan kehidupan sehari-hari itu pekerjaan yang tidak mudah. Sangat gak gampang. Keliatannya aja enak ya bok, liat penulis-penulis terkenal yang menulis di rumah dengan masih bisa mengurus anak. Padahal, nggak semudah itu. Saya yakin, mereka juga melewati proses yang panjang untuk bisa menghasilkan tulisan yang bagus. Yang enak dibaca. Yang bukunya bisa dicari oleh ribuan penggemar. Yang belum launching aja pre-ordernya udah gak ketampung.

Pada awalnya, saya juga menginginkan yang seperti itu. Wajar donk ya. Tapi lama-lama saya pikir bahwa saya akan menulis sampai mati (maaf jika terdengar lebay abaikan saja) :D
Saya akan menulis selama jiwa saya tidak mati. Dan saya menulis buat saya, selain buat dibaca orang lain. Tapi buat memberi makan jiwa saya. Ingat yang suami saya bilang, bahwa menulislah untuk diri kamu sendiri bukan untuk pengakuan atau sebatas pencitraan.

So' mudah-mudahan dengan banyaknya waktu yang saya punya sekarang, bisa melatih otak saya untuk disiplin dengan menulis ya. Hopefully. Dan bisa menambah otak saya asupan wawasan yang masih banyak tidak saya tahu. for it, thanksfull to internet ;)

Rabu, 14 November 2012

Sedetik yang lalu pun masa lalu

Jika ada yang berkoar tentang masa depan cerah, demi masa depan, atau untuk masa depan kadang saya malah ingin tahu apa itu masa depan. Lalu seperti apa masa lalu? Buat saya, bahkan satu detik yang lalu pun judulnya adalah masa lalu. Detik yang sudah berlalu. Dan detik yang tidak bisa kita minta kembali. Dan masa depan sebagus apapun akan menjadi masa lalu belaka. Saya ngga tahu apa perbedaannya dengan masa depan. Yang orang bayangkan, masa depan itu adalah bayangan tentang hidup yang jauh lebih baik. Jika tidak lebih baik, apakah judulnya bukan masa depan?

Pernahkah kamu merasa, kamu bersyukur sudah melewati masa lalu. Melewati masa-masa yang begitu sulit. Masa-masa yang bahkan tidak pernah mau kamu lihat atau longok lagi. Saya juga pernah. Di masa-masa pacaran dengan pasangan hidup saya, banyak yang kami lewati. Berjuang dan menangis seperti punya sekat tipis. Saya bersyukur, kami sudah melewati masa-masa itu bahkan tersenyum puas ternyata kami berdua mampu melewatinya. Bukan saja kami bisa belajar banyak di masa itu, tapi juga kami sadar bahwa ternyata kami kuat karena pernah ada di masa-masa sulit.

Tapi tak ada yang tahu bahwa terkadang saya malah kangen. Kangen pada masa-masa sulit di hidup saya. Entah 10 tahun yang lalu, 5 tahun yang lalu, atau saat saya dan pasangan saya sedang berjuang. Entah yang mana. Tapi jika ada hal yang mengingatkan saya akan masa lalu, entah kenapa saya kangen sekali. Percaya tidak percaya, ternyata memang saya bisa melewatinya. Bagaimana saya berusaha menyemangati diri sendiri dan menekankan bahwa sama seperti lagu, badai juga pasti berlalu. Bagaimana saya tidak bosannya menangis karena merasa paling sengsara. Tapi Tuhan jauh lebih mengerti. Saat saya protes, Tuhan justru semakin senang menguji saya. Hingga sampai di titik kuat itu muncul. Kuat itu seperti ampas dari penderitaan saya sendiri.

Jadi sekarang pun, saat saya sedang menjalani proses penyembuhan yang panjang saya tahu di masa depan nanti saya akan kangen pada masa-masa ini. Bukan kangen lalu ingin kembali sakit. Tapi kangen pada prosesnya. Pada masa-masa suami saya begitu perhatiannya mengurusi saya. Tanpa MENGELUH. Waktu di rumah sakit, saya sempat ngobrol dengan seorang Ibu. Dan dia bilang, di awal rumah tangga seperti ini justru saya harus bersuyukur Tuhan menunjukkan pada saya bahwa saya tidak salah pilih suami. Suami saya juga diuji. Saat rumah tangga kami belum genap setahun, ia sudah harus mengurusi istrinya yang sakit. Tapi ia bahkan menerimanya dengan ikhlas.

Rencana Tuhan selalu tidak dapat diragukan lagi :)

Jika boleh saya buka di sini, saya ingin bilang saya kangen pada masa-masa kuliah saya. Saat berkali-kali saya harus bertemu dengan pria tidak baik (kasarnya brengsek bok!) :D
Saat saya sedih dan menangisi masalah, ada teman-teman saya yang selalu mengerti. Yang selalu memberi semangat. Kami bisa menghabiskan waktu seharian di foocourt BEC sampai sore atau malam. Bahkan sampai bolos kuliah. Selain foodcourt, kami juga biasa mencari tempat makan yang enak dan murah sesuai dengan uang mahasiswa. Tidak banyak yang kami lakukan sebenarnya. Hanya makan, minum, dan cerita kegalauan masing-masing (how much I have to laugh for it) =))))

Tapi semuanya indah. Saat sedang dikenang seperti sekarang. Makanya, jangan mengutuk hidup yang sedang kita jalani sekarang. Walaupun itu menyedihkan. Karena suatu saat, saya yakin. Kita akan mengangeni masa-masa itu. Dan kita tahu, bahwa ternyata kenangan itu mahal. Kita tak bisa kembali ke sana. Tak bisa membeli kenangan itu dengan apapun sekangen apapun kita pada kenangan itu :')

Jumat, 09 November 2012

What a hamil anggur means to be

Jadi, dimohon untuk tidak bosan membaca berita-berita tentang what-so-ever-this-hamil-anggur yang sering sekali saya bahas semenjak saya sakit pasca kuretase. Tapi, bahkan saya pun bosan sebenarnya membeberkan tentang apa sih hamil anggur itu. Dan kenapa pula harus ada acara kemoterapi segala. Papa saya sampai menyarankan biar saya tulis di PC lalu di print dan di copy sebanyak-banyaknya untuk disebar pada orang-orang yang menengok biar mereka membaca sendiri apa itu hamil anggur (Oke. Ini cuma joke bapak-bapak yang harus diabaikan. Trims) *tersenyum simple*. 

Jadi, setahu saya (boleh diumumkan saya jadi rajin browsing google tentang what-the-hamil-anggur-ever), hamil anggur itu adalah gagal berkembangnya bakal janin menjadi calon bayi. Bayi tersebut gagal berkembang menjadi bakal janin dan malahan membentuk gumpalan-gumpalan darah yang menyerupai anggur. Kegagalan berkembang tersebut berubah menjadi tumor jinak (saya gak gitu ngerti istilah ilmiahnya jadi kita bahas secara Indonesian language aja ya). Dan itulah yang terjadi pada saya kemarin. Otomatis, harus ada tindakan kuretase. Setelah tindakan itu, saya cuma istirahat di rumah selama 3 hari. Hari ke-4 langsung kerja dan beraktivitas seperti biasa. Di hari ke 3 itu saya mengalami pendarahan yang saya kira itu mentruasi. Dan di hari ke-3 saya pendarahan, ternyata jumlahnya melebihi biasanya. Saya masih berfikir itu menstruasi. Baru sampai di hari ke-4 saya mengalami pendarahan hebat sampai dibawa ke rumah sakit dan dirawat selama 2 hari. Hasil patology anatomi (hasil kuretase) itu menunjukkan hasil tumor jinak. Dan kadar HCG (kadar hormon kehamilan) saya turun dari 700ribu sekian jadi 26ribu. Saya sempat mengucap syukur tumor ini tidak mengarah ke ganas.

Tapi pulang dari rumah sakit, pendarahan saya kembali hebat sampai saya dibawa ke alternatif. Dan yang mengagetkan, hasil tes HCG saya jadi naik bukan turun sebagaima yang diharapkan. Dokter menyarankan saya kembali lagi ke rumah sakit negri ke dokter yang menangani tindakan kuretase saya. Dengan naiknya kadar HCG, diindikasikan itu sudah mengarah ke ganas dan harus kemoterapi. Saat mendengar kata kemoterapi tersebut saya sempat menangis dan stress sendiri. Cause I don't even know what kemoterapi it is like I don't know what hamil anggur means to be. Yang saya tahu, kemoterapi itu pengobatan untuk penyakit kanker dengan sederet efek seperti mual, muntah, gatal-gatal, rontok dan sariawan. Dan dengan biaya yang sangat mahal.

Tapi dokter menekankan bahwa ini kemoterapi ringan dengan efek yang hampir sama. Tapi dengan biaya yang relatif rendah. Ini juga kemoterapi dengan dosis yang paling ringan. Namun program otak saya tetap berfikir kemoterapi yang saya tahu dari sinetron-sinetron. Saya benar-benar tak bisa membayangkan bahwa nanti suatu hari rambut saya rontok, atau saya botak. Oh, how much it's terrible ever!!! Tapi Tuhan berkata lain, saat baru memasuki ruangan kamar, Tuhan mempertemukan saya dengan perempuan berkerudung bernama Pipit. Dan ternyata penyakit kami sama. Dia juga sedang akan menjalani kemoterapi session ke-7. Akhirnya dia menjelaskan bahwa kemoterapi yang dimaksud tidak separah apa yang saya bayangkan. Waktu suntik MTX pertama, dia tidak merasakan mual muntah dan efek-efek lainnya. Asalkan badan kita sehat dan disuply dengan banyak makanan sehat.

Saya menuruti nasihat-nasihat dia dengan banyak makan, banyak minum air putih, bahkan memakan habis sayur dari makanan rumah sakit walaupun rasanya OMG!! Tapi karna saya mau sembuh dan mau sehat terpaksa saya makan. Bahkan, Teh Pipit bisa melakukan aktivitasnya sebagaimana biasanya karena tidak ada riwayat pendarahan seperti saya.. Sedangkan saya memang harus bedrest total untuk mencegah si pendarahan kembali datang. Saya salut sama semangat dia. Walaupun dia mengakui  bahwa yang namanya orang sakit tetap ada moment dimana up tapi lalu down. Apalagi ini sudah kemoterapi ke-7. Kebayang-bosennya-2-minggu-sekali-harus-nginep-di-rumah-sakit-selama-4-hari-pulak!! Dan dosis kemoterapi dia sudah meningkat jadi ME dengan memasukan obatnya ke dalam infusan. Karena kuantitas penurunan HCG-nya kurang signifikan.

Saya menjalani kemoterapi tersebut dengan tenang. PADA AKHIRNYA! Karena alhamdulilah wasyukurillah badan saya nggak protes. Dan tidak ada efek yang aneh-aneh. Selama di rumah sakit saya cuma disuntik tanpa diinfus. Bahkan jarang diperiksa suster atau dokter jaga karena badan saya yang sehat. Pulang ke rumah saya kembali bedrest selama kurang lebih 2 minggu. Sempat ada pendarahan sedikit dan tidak hebat. Dua hari sebelum kontrol ke dokter, saya test lab lagi. Untuk cek kadar HCG saya. Saya sempet stress karena takut dengan hasil HCG tersebut. Teh Pipit bilang, ada beberapa orang yang kena penyakit ini, sel yang ada ditubuhnya bandel jadi kadar HCG-nya malah naik atau tetap. Tapi ada juga yang sensitif jadi bisa turun atau bahkan turun banyak. Jadi saya nggak tahu sel yang ada ditubuh saya bandel atau sensitif. Yang ada dipikiran saya, walau turunnya hanya beberapa puluh ribu gak apa-apa. Saya bersyukur. Tapi setelah melihat hasil lab, YASSALAM. Tuhan benar-benar bersama saya. Dari 30000 sekian turun jadi 796. Bukan lagi puluhan ribu seperti bayangan saya. Tapi ratusan!!! Saya sampai ingin menangis terharu. God is really great. Ini berkat doa kita semua. Papa bilang, jika orang-orang yang berdoa doanya dikumpulkan jadi 1 akan menjadi 1 kekuatan yang utuh untuk dikabulkannya doa tersebut. Nice opinion Dad :)

Kontrol ke-2 tanggal 5 November 2012. Dokter happy when see my quantity HCG. Dia bilang responnya bagus. Saat test USG, dokter juga bilang rahim saya mulai membaik. Pendarahan yang datangnya kadang-kadang dengan jumlah yang sangat sedikit ciri-cirinya. Alhamdulilah. Sehabis kontrol saya langsung kemoterapi ke-2. Selama di rumah sakit dokter selalu memperlihatkan wajah happy karena kondisi saya mulai membaik. Dan dengan mendapat penyakit ini, saya jadi tahu bahwa kemoterapi itu dosisnya beda-beda, dan bukan hanya untuk penyakit kanker saja. Tapi tujuannya sama, untuk membunuh/mencegah sel-sel kanker. Waktu saya kemoterapi kedua, ada beberapa pasien yang juga sedang menjalani kemoterapi. Tapi sekali lagi bukan karena penyakit kanker. Hampir sama dengan saya, ada indikasi mengarah ke sana jika tidak dikemoterapi. Tapi mungkin karena dosis mereka lebih tinggi dari saya, jadi efeknya lebih berasa. Mual, muntah, rambut rontok. Tapi ada juga seorang Ibu yang menjalani kemoterapi yang dosisnya hampir sama dengan pasien-pasien di sana tapi tidak mengalami gejala apapun sama seperti saya.

Sorry for my reader, kalo pembahasan saya di blog beberapa kali ini selalu tentang penyakit saya. Bukan ingin mengharap belas kasihan. Tapi saya cuma mau berbagi. Bahkan saya senang jika ada yang sedang mengalami, lalu membaca blog saya ini. Agar dia juga jangan takut. Saya tidak pernah bosan untuk browsing di internet tentang penyakit ini. Sebanyak-banyaknya saya ingin tahu tentang penyembuhan atau prosesnya. Sampe saya mikir, apa gue jadi dokter kandungan aja gitu? Secara ilmu gue udah kaya sama penyakit yang dinamai Tumor Trofoblas Gestasional atau TTG ini (sorry kalo ilmiahnya sama). Eh, by the way. Gak sadar umur apa gue pengen jadi dokter :D

So' reader, saya minta doanya aja ya. Sekali lagi saya nggak minta belas kasihan atau simpatynya. Dan biar siapapun yang membaca walau tidak mengalami (jangan sampe ya :) ) , tetap tahu apa itu hamil anggur. Dan kenapa bisa ada kemoterapi segala. Walaupun sebenarnya, penyakit saya ini terbilang langka karena perbandingannya 1:1000 . Tapi dengan kesembuhan 90-100%. Mudah-mudahan saya nggak kehabisan stock sabar selama menjalani proses penyembuhan ini. Amin Ya Rabal Alamin O:)