Sabtu, 17 November 2012

Seandainya ...


Tiba-tiba, malam ini pengen bicara. Entah sama siapa. Tiba-tiba terlintas gitu aja pikiran ini. Ya udah sih mending nulis aja. Bukankah menulis juga bicara? Tapi lewat tulisan. Dan berharap masih ada yang mau membaca untuk mendengar. Tapi nggak juga gak apa-apa (nah, kan sensitiv amat kayak handphone touchscreen) :D

Saya berfikir, seandainya saya jadi hamil. Dan gak terkena hamil anggur, lalu nggak harus menjalani kemoterapi. Mungkin sekarang perut saya sudah mulai membesar. Ada bayi yang mulai gerak di perut saya. Dan mungkin sekarang saya lagi syukuran 4 bulanan. OMG writing this, make me wanna cry for a while. 
Waktu saya hamil, teman-teman sebaya saya juga sedang hamil. Hanya beda beberapa bulan. Waktu itu saya senang karena kita sedang sama-sama hamil. Membayangkan betapa bahagianya kami akan menimang seorang bayi. Apalagi rata-rata sama kayak saya. Anak pertama. Tapi sekarang setelah saya gak jadi hamil, saya malah sedih. Rasanya gak sanggup liat mereka saling memperlihatkan foto anak-anak mereka di BB atau di facebook. Sorry to say but, I'm not jealouse. But, saya merasa. Di saat mereka sedang bahagia punya anak, saya malah harus menjalani proses kemoterapi yang panjang ini. 

God, sorry for this thing! Saya gak salahin siapa-siapa. Karena saya juga yang bilang kalo ini kehendak Tuhan. Itu alasan yang paling masuk akal buat saya. Dan yang paling bikin saya merasa nyaman mendengar alasan itu. Gak tahu gimana harus jelasinnya. Saya nggak sanggup bayanginnya kalo suatu hari nanti saya melihat kebahagiaan teman-teman saya. Saya cuma merasa, saya sedang tidak seberuntung mereka.

Bukannya saya juga menyesali kejadian ini. Nope! Sama sekali nggak. Saya cuma berandai-andai sebentar. Seandainya saya gak harus sakit. Seandainya saat itu saya beneran akan punya baby. Tapi ya gimana lagi, saya yang harus berdamai dengan kenyataan. Bukan malah mengutuk keadaan. Jatohnya malah dosa kalo saya seolah naif. Malam ini saya cuma sedih. Bukan sedih karena moment-punya-anak saya harus ditunda, tapi mungkin karena saya belum ikhlas harus sakit. Harus kemoterapi, harus menjalani proses yang panjang. OMG! Damn I wanna crying here. But, NO! My tears don't fall here.

Dear God, sorry for everything I say tonite. Sorry for this sad moment. I don't mean, seriously. Mudah-mudahan suatu hari nanti saya sudah kuat. Menghadapi kenyataan kehilangan anak pertama saya, dan harus sabar menjalani segenap perawatan kemoterapi ini. Saya mau sembuh secepatnya, Tuhan ...
Saya mau ada bayi yang hidup sehat di rahim saya. Ada bayi yang akhirnya bisa lahir dengan sempurna dan sehat dari rahim saya. Mudah-mudahan ya ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar