Rabu, 14 November 2012

Sedetik yang lalu pun masa lalu

Jika ada yang berkoar tentang masa depan cerah, demi masa depan, atau untuk masa depan kadang saya malah ingin tahu apa itu masa depan. Lalu seperti apa masa lalu? Buat saya, bahkan satu detik yang lalu pun judulnya adalah masa lalu. Detik yang sudah berlalu. Dan detik yang tidak bisa kita minta kembali. Dan masa depan sebagus apapun akan menjadi masa lalu belaka. Saya ngga tahu apa perbedaannya dengan masa depan. Yang orang bayangkan, masa depan itu adalah bayangan tentang hidup yang jauh lebih baik. Jika tidak lebih baik, apakah judulnya bukan masa depan?

Pernahkah kamu merasa, kamu bersyukur sudah melewati masa lalu. Melewati masa-masa yang begitu sulit. Masa-masa yang bahkan tidak pernah mau kamu lihat atau longok lagi. Saya juga pernah. Di masa-masa pacaran dengan pasangan hidup saya, banyak yang kami lewati. Berjuang dan menangis seperti punya sekat tipis. Saya bersyukur, kami sudah melewati masa-masa itu bahkan tersenyum puas ternyata kami berdua mampu melewatinya. Bukan saja kami bisa belajar banyak di masa itu, tapi juga kami sadar bahwa ternyata kami kuat karena pernah ada di masa-masa sulit.

Tapi tak ada yang tahu bahwa terkadang saya malah kangen. Kangen pada masa-masa sulit di hidup saya. Entah 10 tahun yang lalu, 5 tahun yang lalu, atau saat saya dan pasangan saya sedang berjuang. Entah yang mana. Tapi jika ada hal yang mengingatkan saya akan masa lalu, entah kenapa saya kangen sekali. Percaya tidak percaya, ternyata memang saya bisa melewatinya. Bagaimana saya berusaha menyemangati diri sendiri dan menekankan bahwa sama seperti lagu, badai juga pasti berlalu. Bagaimana saya tidak bosannya menangis karena merasa paling sengsara. Tapi Tuhan jauh lebih mengerti. Saat saya protes, Tuhan justru semakin senang menguji saya. Hingga sampai di titik kuat itu muncul. Kuat itu seperti ampas dari penderitaan saya sendiri.

Jadi sekarang pun, saat saya sedang menjalani proses penyembuhan yang panjang saya tahu di masa depan nanti saya akan kangen pada masa-masa ini. Bukan kangen lalu ingin kembali sakit. Tapi kangen pada prosesnya. Pada masa-masa suami saya begitu perhatiannya mengurusi saya. Tanpa MENGELUH. Waktu di rumah sakit, saya sempat ngobrol dengan seorang Ibu. Dan dia bilang, di awal rumah tangga seperti ini justru saya harus bersuyukur Tuhan menunjukkan pada saya bahwa saya tidak salah pilih suami. Suami saya juga diuji. Saat rumah tangga kami belum genap setahun, ia sudah harus mengurusi istrinya yang sakit. Tapi ia bahkan menerimanya dengan ikhlas.

Rencana Tuhan selalu tidak dapat diragukan lagi :)

Jika boleh saya buka di sini, saya ingin bilang saya kangen pada masa-masa kuliah saya. Saat berkali-kali saya harus bertemu dengan pria tidak baik (kasarnya brengsek bok!) :D
Saat saya sedih dan menangisi masalah, ada teman-teman saya yang selalu mengerti. Yang selalu memberi semangat. Kami bisa menghabiskan waktu seharian di foocourt BEC sampai sore atau malam. Bahkan sampai bolos kuliah. Selain foodcourt, kami juga biasa mencari tempat makan yang enak dan murah sesuai dengan uang mahasiswa. Tidak banyak yang kami lakukan sebenarnya. Hanya makan, minum, dan cerita kegalauan masing-masing (how much I have to laugh for it) =))))

Tapi semuanya indah. Saat sedang dikenang seperti sekarang. Makanya, jangan mengutuk hidup yang sedang kita jalani sekarang. Walaupun itu menyedihkan. Karena suatu saat, saya yakin. Kita akan mengangeni masa-masa itu. Dan kita tahu, bahwa ternyata kenangan itu mahal. Kita tak bisa kembali ke sana. Tak bisa membeli kenangan itu dengan apapun sekangen apapun kita pada kenangan itu :')

Tidak ada komentar:

Posting Komentar