Selasa, 25 Desember 2012

Why you so' obsessed with me?


Judul blog saya ini ngopi dari judul lagunya Mariah Carey. Tapi ini bukan tentang obsesi pada seorang lawan jenis. Saya pengen bahas tentang obsesi pada sesuatu. Simple aja sih. Tulisan ini dibuat gegara saya sering memperhatikan gaya hidup orang-orang yang sudah atau bahkan mulai berubah setelah mencapai obsesinya. Kenapa saya bilang obsesi? Bukan tujuan atau bahkan cita-cita? Cause for me, kalau yang dikejar materi namanya bukan cita-cita men! (Damn why I used this word? 'men') :|

Begini, sederhananya. Jika ada yang bertanya apa cita-cita kita, harusnya sih berhubungan sama passion. Judulnya aja cita-cita. Tapi zaman sekarang, cita-cita atau tujuan itu ukurannya materi. Lagi-lagi materi. Dan obsesi yang saya maksud di sini pun, itu jatohnya materi. Bukan lagi passion. I means, ya gak munafik ya bok. Saya juga butuh uang, cari uang buat hidup, dan pengen hidup enak. But for me, itu bukan tujuan saya atau faktor utama kenapa saya cari duit. Hidup enak dan uang banyak itu bonus. Hidup itu kayak main game men! Saat kita melakukan sesuatu lalu menang, kita dapet hadiah. Bukan karena pengen dapet hadiah lalu baru kita melakukan sesuatu. Tapi kayaknya orang-orang zaman sekarang melakukan option ke-2. Melakukan sesuatu karena pengen hadiah.

Saya melihat dan memperhatikan gaya-gaya hidup beberapa teman. Yang saya tahu historynya kayak apa dari awal. Intinya, karena dari beberapa mereka capek diremehkan orang-orang karena keadaan ekonomi. Dan karena mereka gak mau melulu hidup susah. Lalu muncullah obsesi tersebut. Sebenernya sih gak masalah selama obsesi wajar, tapi jika sudah menyimpang itu yang salah. Bahkan bukan tidak boleh kita menjadi orang yang berada, tapi intinya manfaat dari uang/materi yang kita punya. Dan maaf kata, setelah mereka mendapatkan apa yang mereka mau (even itu memang hasil usaha keras mereka) menurut saya cara berfikir dan cara hidupnya mulai menyimpang. Dimulai dari obsesi tadi.

Yang saya gak setuju, adalah gaya hidup sosialita mereka. Mulai nggak keren kalo gak nongkrong di cafe, mulai gak merasa cantik kalo gak perawatan ke salon, mulai gak PD kalo gak bawa gadget mahal, mulai ngerasa malu kalo liburan/honeymoonnya gak ke luar negeri. Semuanya harus bergengsi. Dan hal-hal sepele kayak gitu. Sepele? Iya lah. Means, emang kenapa kalo hal-hal yang saya sebutkan tadi gak dilakuin? Saya nggak tahu dan nggak ngerti juga sih ya, apa itu karena mereka nggak mau diremehkan lagi sama orang-orang. Tapi menurut saya sih, itu tetap bukan alasan. Sama sekali. Saya sih nggak menyalahkan ya. Itu hak mereka. But for me, obsesi itu bisa jadi gak bagus kalo niatnya juga nggak bagus.

Sama halnya dengan niat ingin membahagiakan orang tua. Banyak anak-anak yang ingin bahagiain orang tua dengan menjadi sukses. Itu bagus. Atau pengen beliin mereka ini itu. Itung-itung balas budi walaupun kita gak akan pernah bisa membalas budi baik mereka sebanyak yang mereka kasih. Itu juga bagus sih, tapi kita kadang lupa. Apakah bahagia itu ukurannya hanya materi? Dan apakah dengan kita ngasih ini itu sama mereka, cara kita hanya menjadi cukup? Cukup bahagia. Nggak. Karena kita nggak bisa mengukur kebahagiaan seseorang. Apalagi kalo ukurannya hanya sebatas materi. Kan katanya kan bahagia itu sederhana.

Maksud saya, saat kita sudah mendapatkan apa-apa saja yang kita inginkan termasuk limpahan materi bukan berarti segala hal yang tadinya ada di diri kita (I means yang positif) jadi nggak ada di diri kita. Bahkan jadi berubah. Jadi serasa nggak afdol gitu kalo kita nggak termasuk di salah satu kaum sosialita tersebut. Kasian sih sama orang-orang yang kayak gitu. Yang buat mereka, materi jadi satu-satunya wahana untuk jadi bahagia. Dear, saya sedang menjalani pengobatan. Butuh mental kuat dan banyak untuk menghadapi penyakitnya sendiri, pengobatannya, biayanya, and all. Tapi tanpa itu semua saya tetap merasa saya bahagia. You know what? Semenjak sakit, bahkan saya nggak bisa jalan-jalan atau liburan ke mana-mana. Saya nggak bisa creambathan lagi ke salon kayak dulu, saya nggak bisa belanja ini itu atau bahkan sekadar mempercantik diri. Tahukah kamu bahwa saya hanya mengejar SEHAT. Kehidupan di dunia ini kecil sekali. Sehat dan selalu diberkahi Tuhan. Itu tujuan saya sekarang. Dan intinya, saya tetep bahagia :)

Kamis, 20 Desember 2012

Tuhan, saya mau sukses


Wait a minute. Ini saya nggak lagi keselek pidatonya Mario Teguh kan? Muehehehe. Kenapa hari ini saya bahas tentang sukses di blog saya yang fana ini (eh, ini apa sih kenapa jadi bait lagu). Alasannya sederhana. Saya baru saja mendengar sound cloud Dedy Corbuzier di internet. And I found the inspiration to write this. Tiba-tiba saya juga ingin tahu apa itu sukses. Kalau yang saya tangkep di masyarakat, sukses itu banyak uang, bekerja di Bank, bekerja di bagian pemerintahan, menjadi direktur, menjadi boss. And all. Dari gambar yang saya dapat di atas, saya merasa bahwa sukses itu bukan tentang wujud. Tapi tentang cara berfikir dan cara hidup. Eh, ketinggian gak sih pembahasannya? Agak dikurangin ya :D

Intinya, buat saya sukses dalam hidup itu adalah tahu bagaimana caranya bahagia tanpa harus mengejar materi, kedudukan, atau pekerjaan bergengsi. Dan sukses itu berhubungan dengan passion. You know that my passion is writing. Saya akan selalu menulis. Dimana pun. Kapan pun saya mau. 

Dulu, saya berfikir bahwa saya butuh pengakuan dari dunia. Pengakuan apa? Pengakuan dari dunia bahwa saya penulis dan bisa menulis. Tapi Suami saya mengajarkan, bahwa saat saya mencintai suatu bidang pengakuan tidak lah penting. Jadi atau tidak jadinya penulis, saya harus tetap menulis. Karena saya mencintai. Bukan sekadar ingin menjadi. Pada akhirnya saya berfikir, saya akan selalu menulis. Walaupun ternyata nanti tulisan saya terkenal tapi di usia tua saya. Lho, why not?

Dengan menulis saya selalu merasa pintar. Saya merasa sedang jalan-jalan tanpa bergerak. Dan saya menulis karena saya ingin berbagi. Bukan hanya pengalaman tapi juga pelajaran. Perlu diketahui bahwa tulisan-tulisan saya yang berbentuk novel sudah ditolak berkali-kali. Saya lupa tepatnya berapa kali. Sampai saya hampir menyerah dan berfikir bahwa tulisan saya tidak akan pernah diterbitkan. Tapi setelah mendengar sound cloud tadi, saya berfikir saya hanya belum selesai mencoba. Kalau pun sampai mati tidak diterbitkan, ya TERUS KENAPA? :D

So' saya akan selalu menulis selama saya bisa dan saya mau. Kalau nggak nulis, jiwa saya kayak berkeliaran di tempat. Kayak pengen gerak tapi gak bisa kemana-mana. So' I'll write everything. Semua yang otak saya suruh. Semua yang mata saya lihat. Dan semua yang hati saya rasakan. Impian saya, saya menjadi penulis yang dikenal orang. Tapi itu bukan tujuan. Tujuan saya, ya tetap menulis dalam media apapun. So' saya nggak harus jadi pegawai Bank atau pegawai negeri dulu kan ya untuk menjadi sukses? Pekerjaan kan bukan ukuran sukses tidaknya seseorang. Karena di atas langit masih ada langit :)

I'm envy :)


Source : Google

Look at the pic. Itu gambaran seorang ibu hamil yang sangat didambakan jutaan wanita di dunia. 
Hari ini saya blog walking lagi untuk para ibu yang mengalami atau pernah mengalami hamil anggur/mola seperti saya. Khususnya yang berlanjut harus kemoterapi seperti saya. Bukannya apa-apa, saya hanya ingin kami berbagi pengalaman. Dan perbandingan dengan apa yang sedang saya alami ini. Blog yang saya temui, saya cari nama orang tersebut di beberapa situs jejaring sosial. Thanks God, for the facebook and twitter. Rata-rata saya bisa menemukan mereka di sana.

Rasanya hari ini saya ingin menulis terus :))))
Saya memang butuh teman cerita. Apalagi saya sudah tidak bekerja sekarang. So' pekerjaan saya ya menulis. But I love writing :) Dari blog walking, ternyata saya memang merasa tidak sendiri. Mereka yang pernah mengalami, juga merasakan apa yang saya rasakan. Apa yang kita rasakan sama persis.

Tapi intinya, yang ingin saya ceritakan di sini bukan melulu tentang penyakit saya. Khawatir reader bosan, ntar lama-lama saya jadi terkesan jual rasa kasihan lagi. Hehe. But now, saya ingin bercerita kalau saya cemburu melihat teman-teman saya yang kini sudah hamil. Yang baru hitungan bulan menikah (seperti saya kemarin) lalu hamil. Padahal saya juga sama seperti mereka, TADINYA. Mungkin sampai saat ini pun saya masih belum ikhlas kenapa nggak jadi hamil. Tapi jujur saya sedih. And I'm crying last nite in my hubey's arm. Saya tahu, saya hanya cemburu melihat mereka yang hamil. 

And my hubey's ask me, " Kamu merasa Tuhan gak adil?" when I hear he said that, it's hurting me. Kenapa? Karena saya tahu Tuhan itu adil. Maha adil seadil-adilnya. So' kenapa saya harus lelah melihat mereka yang hamil. Kenapa saya harus jealous? God, sorry for this think. I know it's wrong. Saya sempat menyayangkan. Waktu suami saya bilang mereka yang hamil lalu punya anak, mungkin karena mereka siap. Tapi saya menyanggah. Lalu, kalau tujuannya sama untuk kesiapan menjadi seorang ibu kenapa saya harus sakit dulu untuk menjadi siap? Tapi kenapa mereka tidak? I know this sound's whiny. Secara tidak langsung saya menyalahkan Tuhan. Padahal saya pernah bilang bahwa dalam masalah ini, jangan bawa-bawa Tuhan. And I'm sleep with bring my grief to my dreamland. Saya mencoba untuk tidak memikirkan hal itu lagi.

Suami saya pernah bertanya juga. " Kamu ingin hamil karena teman-teman kamu hamil. Atau kamu ingin hamil karena sudah merasa siap dengan titipan dari Tuhan?" Saya rasa, option pertama jawabannya. Saya sempat ingin berhenti karena saya lelah berjuang. APA? Tidak ada yang namanya berhenti dalam hidup. Jika ingin berhenti, jawaban pastinya adalah mati. Siap tidak siap kita harus terus berjalan. Karena untuk kembali ke belakang saja jelas tidak mungkin. Kalau saya sedih karena saya ingin berhenti dan karena saya lelah, saya rasa Tuhan lebih sedih lagi jika saya menyerah. Jadi saya tidak mau mengecewakan Tuhan. Saya mau Dia bangga karena saya kuat. Karena kekuatan yang Dia selipkan di tangan saya tidak saya sia-siakan.

So', if I recover from this sick. I'm ready to be prod Mom \^^/


Selasa, 04 Desember 2012

Kuat karena kamu lebih kuat


Hey Reader ... I'm back!
Front on my laptop, to write this to you :)

Rasanya kayak lagi ada di ujung jurang. Sambil melihat-lihat ke bawah betapa jauhnya daratan. Betapa ingin melompat ke sana. Betapa ingin berteriak dan protes pada Tuhan. Pada siapa? YA! Pada Tuhan. Dasar manusia. Tuhan selalu disalahkan setiap kita sedang bermasalah. Tapi tak pernah saya lakukan itu semua. Gak ada guna. Karena dengan marah, Tuhan tidak akan menjadi kasihan lalu memberi apa yang kita mau, bukan apa yang kita butuhkan.

Seminggu kemarin terasa jadi minggu yang sangat BERAT buat saya. Sehabis kemoterapi ke-2, saat tes HCG ternyata HCG saya naik. Dari 700 sekian jadi 1000 sekian. Saya SEDIH! Dan saat itu saya ingin MARAH! Saya menangis lagi untuk yang kesekian ratus kalinya. Saya pikir dari 700 bisa turun banyak lagi hingga saya gak perlu banyak-banyak tambahan kemoterapi. Tapi ternyata tidak. Saat itu pikiran saya kalut sekali. However, bolak balik rumah sakit itu butuh biaya banyak. Dan keuangan keluarga saya sudah mulai menipis. Saat pergi ke rumah sakit, saya nggak semangat. SAMA SEKALI tidak ada semangat. Semalaman saya sharing dengan suami. Cuma dia satu-satunya orang berfikiran logic yang bisa saya ajak bicara.

Sampai di rumah sakit, ternyata karena naik HCG kemoterapi saya harus naik dosis. Dari MTX ke EMACO. Yang bisa dibilang jauh lebih berat. Yang ternyata jauh lebih mahal juga harganya. Bukan apa-apa. Tapi yang saya pikirkan adalah efek kemoterapinya. Kalau dosisnya ringan, badan saya masih bisa terima. Kalau naik dosis, I don't even know. Shock waktu liat obatnya banyak dan saya harus diinfus. Setelah kemarin saat MTX hanya suntik saja. Malamnya saya baru diinfus, dan dimasukan lah obat-obatan yang banyak itu ke dalam infusan. Dan bagaimana hasilnya? Semalaman saya muntah sebanyak 9x :D
Tapi Tuhan masih bersama saya. Saya cek USG dan test rontgen paru-paru. Hasilnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan. All be oke. Hanya mungkin sel trofoblas ini yang bandel di tubuh saya.

Baru menjelang subuh suster kasih saya obat yang dimasukan ke dalam infusan. Barulah muntahnya berhenti dan saya bisa tidur. Yang lebih kasihan suami saya. Saya muntah sekian menit sekali, otomatis dia tidak bisa tidur nyenyak. Sedangkan paginya dia masih harus pergi kerja. Maaf ya sayang :((((

Ada yang berbeda dari MTX. Kemoterapi ini rawat inapnya hanya 2 hari. Di hari ke-8 rawat inap lagi hanya sehari. Mungkin karena obatnya keras, jadi dikasih jangka waktu seminggu untuk obat berikutnya. Memang terlihat ringan, tapi Ya Allah efeknya itu loh. Malam pertama dan kedua absolutely saya nggak bisa tidur. Tapi di hari ke-2 muntahnya hanya sekali. Pulang ke rumah saya nggak bisa makan sama sekali. Selera makan hilang, maunya muntah saja. Tapi untungnya dikasih resep oleh dokter. Dan lumayan walaupun makannya cuma bubur beberapa suap dan jus yang bisa masuk. Tapi sehari setelah pulang, I'm fine :) dan mulai lagi masuk makanan sedikit-sedikit. Alhamdulilah. Dari situ, nafsu makan kembali meningkat seperti biasanya.

Di hari ke-8. Segalanya lancar. Dari mulai booking ruangan yang biasanya susah karena penuh, dilancarkan karena ruangan banyak yang kosong. Dan, saya nggak muntah =)))) . Karena obat yang dimasukan ke infusnya juga cuma sedikit. Tapi pas pulang ke rumah, mendadak saya mual lagi dan muntah sampai 4 kali di malam hari. Untung ada stock obat mual di rumah. Jadi besoknya sedikit demi sedikit saya bisa makan. Ironis sekali. Saya nggak punya keluhan sakit apapun karena penyakit ini. Tapi efek kemoterapinya yang bikin gak kuat. Setiap mual lalu muntah saya harus tahan-tahan agar gak muntah. Sampe muncul keringet dingin. Tapi mudah-mudahan, efeknya hanya ini. Please, jangan ditambah apa-apa lagi :'((((

Malam itu, suami saya sampai memeluk saya erat. And I know, he's praying on silent. Dia bilang gak tega liat saya muntah-muntah sebegitu parahnya. Saya tahu dia sedih, kalau posisinya dibalik mungkin saya yang nggak kuat kalau liat dia sakit. Suami saya orang paling tenang dan sabar dalam menghadapai apapun. Tapi kemarin dia terlihat rapuh. For a God sake, saya sedih liat dia sebegitu sedihnya liat saya drop. Bahkan dia sampai mati-matian cari biaya pengobatan saya. DEMI SAYA :')

Makanya setiap sebelum pergi tidur, saya selalu elus rambut suami saya sambil berdoa untuk dia. Berdoa agar Tuhan selalu beri dia kesehatan, selalu dilindungi, dan dimudahkan segala usaha & urusannya. Sekarang saya mengerti, apa perbedaan menikah dan pacaran. Setelah menikah, ada tanggung jawab yang didasarkan perasaan cinta. Saya bukannya melebih-lebihkan. Tapi memang apa yang kami berdua hadapi sekarang sangat tidak mudah. Tapi suami saya berusaha untuk selalu mendampingi saya dalam keadaan saya serapuh apapun. Dia selalu bilang, dia harus kuat untuk menguatkan saya. Kita sedang sama-sama belajar. Belajar menerima keadaan masing-masing. He did perfectly. That's why I choose him to be mine :) And I pray to God it'll be forever :')

Saya sebagai seorang istri yang juga sedang menjalani pengobatan, Hanya bisa berdoa untuk saya, untuk dia, untuk kami. Saya gak pernah bosan untuk minta kesembuhan sama Yang Berhak. Tuhan Maha Segalanya. Walaupun kemarin saya sempat kehilangan harapan, tapi saya mencoba untuk tidak lelah meminta kesembuhan. Dear reader, jika kamu, temanmu, istrimu, sahabatmu, atau saudaramu yang mengalami penyakit yang saya alami. Jangan takut. Bersyukurlah karena penyakit ini masih bisa disembuhkan oleh kemoterapi. Saya nggak bilang bahwa kanker-kanker yang lain tidak bisa disembuhkan oleh kemoterapi. Tapi penyakit trofoblas ini punya kemungkinan besar sembuh. Dan, saya HARUS SEMBUH. No matter what.

Tuhan, bantu saya untuk percaya dan yakin bahwa Kehendak-MU memang selalu benar :)

Senin, 19 November 2012

If my Alena still alive :)

Entah karena saya selalu mengharapkan anak perempuan, atau berharap bahwa saat hamil pertama itu anak saya adalah anak perempuan maka selama mengandung saya selalu merasa bahwa saat Tuhan memberikan jenis kelamin padanya ia benar-benar perempuan. Sorry for this God, bukan berarti saya nggak mau anak laki-laki. But, apapun jenis kelaminnya saya akan sangat bahagia. Tapi naluri saya bilang bahwa saya ingin anak perempuan (tak ada yang salah kan dengan berandai-andai) ;)

Sampai sekarang saya masih selalu merasa bahwa anak pertama saya kemarin itu perempuan. Dan jika Tuhan mengizinkan, saya menamainya Alena. Kenapa harus Alena? Karena dulu, waktu saya sedang akan menulis novel saya tanya pada suami saya karakter nama apa yang bagus untuk tokoh utama di novel saya. And then he say, Alena :) and I think it's a good name. Yang sampai sekarang sudah menjadi sebuah novel berjudul 1 Perasaan 3 Logika (excuse me! Promote) ;)
Suami saya sampai menggambar lagi tangannya dengan gambar seorang bayi dengan sayap malaikat yang sedang tidur nyenyak. Kalau saya lagi kangen, saya suka liatin gambar Alena yang lagi bobo nyenyak. This one! You can seeing my alena's sleep well :)


Lagi-lagi saya berandai-andai. If my Alena's still alive, saya akan ajak dia mengenal dunianya dari sebelum dia lahir ke dunia. Saya akan membacakan banyak cerita inspiratif padanya agar jika besar nanti dia suka membaca, bahkan bisa belajar baca sejak umur 4 tahun kayak Mommynya. Saya akan perdengarkan lagu-lagu kesukaan saya. Dari yang galau sampai yang jatuh cinta. Agar dia bisa menikmati musik dalam hidupnya. Saya akan mengajarkan dia untuk menjadi cerdas. Dalam berfikir, dalam bertindak, dalam menghadapi orang, dan dalam cara dia mencintai Tuhannya, orang tuanya, dan sesama. Agar dia bisa jadi orang yang menghargai perasaan cinta. Saya juga akan memberi tahu dia hal-hal apa saja yang orang-orang di dunia bilang itu buruk. Agar dia tahu, bahwa dunia tempat dia hidup itu bukan negri dongeng. Saya akan ajari dia bagaimana seharusnya dia memilih orang yang tepat. Bukan pria yang sesuai bibit bebet bobotnya, tapi pria yang bisa menghargai dia. Seperti Papanya menghargai Mommynya as good as well.

Alena, I miss you so' badly. Orang bilang, katanya kamu akan mendoakan dan menolong Papa and Mommy di akhirat nanti. I don't know it's rite or wrong. I DON'T care at all. Cause I beleive that you always praying for your parents, there :)

Satu hal lagi. Saya juga akan mengajarkan Alena bagaimana caranya bertahan hidup. Karena orang-orang yang akan ia temui nanti tidak selalu orang yang baik. Dan hidup yang akan ia lewati, tidak akan mulus selamanya. Tapi selama ia selalu bertahan dengan kekuatannya sendiri, dengan tangan-tangan tersembunyi dari Tuhan, saya yakin dia akan selalu baik-baik saja. Alena harus kuat seperti Papa :)

But, in fact. Alena still fall asleep now. Tapi kami, orang tuanya selalu mendoakan dia akan selalu tidur nyenyak dan mimpi indah. If you still alive, Mommy would ask you to go shopping dear Alena :))


Source : google
This Alena Nikiforova

I don't even know her, I found her pic on google. And I hope my Alena will beautyfull like this Alena :))

Sabtu, 17 November 2012

Seandainya ...


Tiba-tiba, malam ini pengen bicara. Entah sama siapa. Tiba-tiba terlintas gitu aja pikiran ini. Ya udah sih mending nulis aja. Bukankah menulis juga bicara? Tapi lewat tulisan. Dan berharap masih ada yang mau membaca untuk mendengar. Tapi nggak juga gak apa-apa (nah, kan sensitiv amat kayak handphone touchscreen) :D

Saya berfikir, seandainya saya jadi hamil. Dan gak terkena hamil anggur, lalu nggak harus menjalani kemoterapi. Mungkin sekarang perut saya sudah mulai membesar. Ada bayi yang mulai gerak di perut saya. Dan mungkin sekarang saya lagi syukuran 4 bulanan. OMG writing this, make me wanna cry for a while. 
Waktu saya hamil, teman-teman sebaya saya juga sedang hamil. Hanya beda beberapa bulan. Waktu itu saya senang karena kita sedang sama-sama hamil. Membayangkan betapa bahagianya kami akan menimang seorang bayi. Apalagi rata-rata sama kayak saya. Anak pertama. Tapi sekarang setelah saya gak jadi hamil, saya malah sedih. Rasanya gak sanggup liat mereka saling memperlihatkan foto anak-anak mereka di BB atau di facebook. Sorry to say but, I'm not jealouse. But, saya merasa. Di saat mereka sedang bahagia punya anak, saya malah harus menjalani proses kemoterapi yang panjang ini. 

God, sorry for this thing! Saya gak salahin siapa-siapa. Karena saya juga yang bilang kalo ini kehendak Tuhan. Itu alasan yang paling masuk akal buat saya. Dan yang paling bikin saya merasa nyaman mendengar alasan itu. Gak tahu gimana harus jelasinnya. Saya nggak sanggup bayanginnya kalo suatu hari nanti saya melihat kebahagiaan teman-teman saya. Saya cuma merasa, saya sedang tidak seberuntung mereka.

Bukannya saya juga menyesali kejadian ini. Nope! Sama sekali nggak. Saya cuma berandai-andai sebentar. Seandainya saya gak harus sakit. Seandainya saat itu saya beneran akan punya baby. Tapi ya gimana lagi, saya yang harus berdamai dengan kenyataan. Bukan malah mengutuk keadaan. Jatohnya malah dosa kalo saya seolah naif. Malam ini saya cuma sedih. Bukan sedih karena moment-punya-anak saya harus ditunda, tapi mungkin karena saya belum ikhlas harus sakit. Harus kemoterapi, harus menjalani proses yang panjang. OMG! Damn I wanna crying here. But, NO! My tears don't fall here.

Dear God, sorry for everything I say tonite. Sorry for this sad moment. I don't mean, seriously. Mudah-mudahan suatu hari nanti saya sudah kuat. Menghadapi kenyataan kehilangan anak pertama saya, dan harus sabar menjalani segenap perawatan kemoterapi ini. Saya mau sembuh secepatnya, Tuhan ...
Saya mau ada bayi yang hidup sehat di rahim saya. Ada bayi yang akhirnya bisa lahir dengan sempurna dan sehat dari rahim saya. Mudah-mudahan ya ...

Jumat, 16 November 2012

My passion on writing


Source : Google.com

Dulu, saya masih inget banget waktu saya masih beraktifitas bekerja di kantor, keinginan terpendam saya yang saat itu belum berani saya lakukan adalah diam di rumah. Bangun tidur setelah menyiapkan tetek bengek kebutuhan suami sebelum ia pergi kerja saya akan menulis. Menulis apapun. Dan akan saya jadikan hal itu profesi. Pekerjaan saya sehari-hari setelah mengurus rumah tangga. Saya tidak berfikir bahwa apa yang saya kerjakan itu apakah menghasilkan uang atau tidak. Apakah saya mengeruk keuntungan dengan menulis untuk media cetak or something like that. Nope!

Yang saya bayangkan saat itu hanyalah feel dari menulis itu. Duduk di depan laptop dan jalan-jalan di internet. I'll do everything I want. Dan akan ada secangkir kopi panas yang menemani saya (walaupun saya gak gitu suka ngopi, tapi bok biar gaya aja kayak penulis-penulis yang suka nulis sambil ngopi). Muahahahahaha *laugh for me please*.

Atau ditambah rokok yang menghasilkan asap yang mengepul manja dari mulut saya. Tapi bagian yang itu gak saya pilih. Bok, gue udah jadi calon emak-emak. Laki gue bisa marah-manja-grop kalo liat saya merokok. Ya udah sih gak harus gaya juga kalau mau nulis ya :D

Tanpa saya sadari, ternyata apa yang saya inginkan saat itu tercapai juga sekarang. Sebenarnya ini tidak terencana sama sekali. Berhubung saya sakit, harus bedrest dan harus menjalani berbagai perawatan dan pengobatan mengharuskan saya ada di rumah. Melupakan sejenak rutinitas bekerja. Dan untuk menghilangkan bosan, saya pun menulis. Hampir setiap hari saya menulis atau nongkrong di depan laptop. Menulis apapun. Minimal ada yang saya tulis. Dan ternyatahhhh, mendisiplinkan menulis di depan laptop lalu mencari berbagai sumber dari buku, internet, atau bahkan kehidupan sehari-hari itu pekerjaan yang tidak mudah. Sangat gak gampang. Keliatannya aja enak ya bok, liat penulis-penulis terkenal yang menulis di rumah dengan masih bisa mengurus anak. Padahal, nggak semudah itu. Saya yakin, mereka juga melewati proses yang panjang untuk bisa menghasilkan tulisan yang bagus. Yang enak dibaca. Yang bukunya bisa dicari oleh ribuan penggemar. Yang belum launching aja pre-ordernya udah gak ketampung.

Pada awalnya, saya juga menginginkan yang seperti itu. Wajar donk ya. Tapi lama-lama saya pikir bahwa saya akan menulis sampai mati (maaf jika terdengar lebay abaikan saja) :D
Saya akan menulis selama jiwa saya tidak mati. Dan saya menulis buat saya, selain buat dibaca orang lain. Tapi buat memberi makan jiwa saya. Ingat yang suami saya bilang, bahwa menulislah untuk diri kamu sendiri bukan untuk pengakuan atau sebatas pencitraan.

So' mudah-mudahan dengan banyaknya waktu yang saya punya sekarang, bisa melatih otak saya untuk disiplin dengan menulis ya. Hopefully. Dan bisa menambah otak saya asupan wawasan yang masih banyak tidak saya tahu. for it, thanksfull to internet ;)

Rabu, 14 November 2012

Sedetik yang lalu pun masa lalu

Jika ada yang berkoar tentang masa depan cerah, demi masa depan, atau untuk masa depan kadang saya malah ingin tahu apa itu masa depan. Lalu seperti apa masa lalu? Buat saya, bahkan satu detik yang lalu pun judulnya adalah masa lalu. Detik yang sudah berlalu. Dan detik yang tidak bisa kita minta kembali. Dan masa depan sebagus apapun akan menjadi masa lalu belaka. Saya ngga tahu apa perbedaannya dengan masa depan. Yang orang bayangkan, masa depan itu adalah bayangan tentang hidup yang jauh lebih baik. Jika tidak lebih baik, apakah judulnya bukan masa depan?

Pernahkah kamu merasa, kamu bersyukur sudah melewati masa lalu. Melewati masa-masa yang begitu sulit. Masa-masa yang bahkan tidak pernah mau kamu lihat atau longok lagi. Saya juga pernah. Di masa-masa pacaran dengan pasangan hidup saya, banyak yang kami lewati. Berjuang dan menangis seperti punya sekat tipis. Saya bersyukur, kami sudah melewati masa-masa itu bahkan tersenyum puas ternyata kami berdua mampu melewatinya. Bukan saja kami bisa belajar banyak di masa itu, tapi juga kami sadar bahwa ternyata kami kuat karena pernah ada di masa-masa sulit.

Tapi tak ada yang tahu bahwa terkadang saya malah kangen. Kangen pada masa-masa sulit di hidup saya. Entah 10 tahun yang lalu, 5 tahun yang lalu, atau saat saya dan pasangan saya sedang berjuang. Entah yang mana. Tapi jika ada hal yang mengingatkan saya akan masa lalu, entah kenapa saya kangen sekali. Percaya tidak percaya, ternyata memang saya bisa melewatinya. Bagaimana saya berusaha menyemangati diri sendiri dan menekankan bahwa sama seperti lagu, badai juga pasti berlalu. Bagaimana saya tidak bosannya menangis karena merasa paling sengsara. Tapi Tuhan jauh lebih mengerti. Saat saya protes, Tuhan justru semakin senang menguji saya. Hingga sampai di titik kuat itu muncul. Kuat itu seperti ampas dari penderitaan saya sendiri.

Jadi sekarang pun, saat saya sedang menjalani proses penyembuhan yang panjang saya tahu di masa depan nanti saya akan kangen pada masa-masa ini. Bukan kangen lalu ingin kembali sakit. Tapi kangen pada prosesnya. Pada masa-masa suami saya begitu perhatiannya mengurusi saya. Tanpa MENGELUH. Waktu di rumah sakit, saya sempat ngobrol dengan seorang Ibu. Dan dia bilang, di awal rumah tangga seperti ini justru saya harus bersuyukur Tuhan menunjukkan pada saya bahwa saya tidak salah pilih suami. Suami saya juga diuji. Saat rumah tangga kami belum genap setahun, ia sudah harus mengurusi istrinya yang sakit. Tapi ia bahkan menerimanya dengan ikhlas.

Rencana Tuhan selalu tidak dapat diragukan lagi :)

Jika boleh saya buka di sini, saya ingin bilang saya kangen pada masa-masa kuliah saya. Saat berkali-kali saya harus bertemu dengan pria tidak baik (kasarnya brengsek bok!) :D
Saat saya sedih dan menangisi masalah, ada teman-teman saya yang selalu mengerti. Yang selalu memberi semangat. Kami bisa menghabiskan waktu seharian di foocourt BEC sampai sore atau malam. Bahkan sampai bolos kuliah. Selain foodcourt, kami juga biasa mencari tempat makan yang enak dan murah sesuai dengan uang mahasiswa. Tidak banyak yang kami lakukan sebenarnya. Hanya makan, minum, dan cerita kegalauan masing-masing (how much I have to laugh for it) =))))

Tapi semuanya indah. Saat sedang dikenang seperti sekarang. Makanya, jangan mengutuk hidup yang sedang kita jalani sekarang. Walaupun itu menyedihkan. Karena suatu saat, saya yakin. Kita akan mengangeni masa-masa itu. Dan kita tahu, bahwa ternyata kenangan itu mahal. Kita tak bisa kembali ke sana. Tak bisa membeli kenangan itu dengan apapun sekangen apapun kita pada kenangan itu :')

Jumat, 09 November 2012

What a hamil anggur means to be

Jadi, dimohon untuk tidak bosan membaca berita-berita tentang what-so-ever-this-hamil-anggur yang sering sekali saya bahas semenjak saya sakit pasca kuretase. Tapi, bahkan saya pun bosan sebenarnya membeberkan tentang apa sih hamil anggur itu. Dan kenapa pula harus ada acara kemoterapi segala. Papa saya sampai menyarankan biar saya tulis di PC lalu di print dan di copy sebanyak-banyaknya untuk disebar pada orang-orang yang menengok biar mereka membaca sendiri apa itu hamil anggur (Oke. Ini cuma joke bapak-bapak yang harus diabaikan. Trims) *tersenyum simple*. 

Jadi, setahu saya (boleh diumumkan saya jadi rajin browsing google tentang what-the-hamil-anggur-ever), hamil anggur itu adalah gagal berkembangnya bakal janin menjadi calon bayi. Bayi tersebut gagal berkembang menjadi bakal janin dan malahan membentuk gumpalan-gumpalan darah yang menyerupai anggur. Kegagalan berkembang tersebut berubah menjadi tumor jinak (saya gak gitu ngerti istilah ilmiahnya jadi kita bahas secara Indonesian language aja ya). Dan itulah yang terjadi pada saya kemarin. Otomatis, harus ada tindakan kuretase. Setelah tindakan itu, saya cuma istirahat di rumah selama 3 hari. Hari ke-4 langsung kerja dan beraktivitas seperti biasa. Di hari ke 3 itu saya mengalami pendarahan yang saya kira itu mentruasi. Dan di hari ke-3 saya pendarahan, ternyata jumlahnya melebihi biasanya. Saya masih berfikir itu menstruasi. Baru sampai di hari ke-4 saya mengalami pendarahan hebat sampai dibawa ke rumah sakit dan dirawat selama 2 hari. Hasil patology anatomi (hasil kuretase) itu menunjukkan hasil tumor jinak. Dan kadar HCG (kadar hormon kehamilan) saya turun dari 700ribu sekian jadi 26ribu. Saya sempat mengucap syukur tumor ini tidak mengarah ke ganas.

Tapi pulang dari rumah sakit, pendarahan saya kembali hebat sampai saya dibawa ke alternatif. Dan yang mengagetkan, hasil tes HCG saya jadi naik bukan turun sebagaima yang diharapkan. Dokter menyarankan saya kembali lagi ke rumah sakit negri ke dokter yang menangani tindakan kuretase saya. Dengan naiknya kadar HCG, diindikasikan itu sudah mengarah ke ganas dan harus kemoterapi. Saat mendengar kata kemoterapi tersebut saya sempat menangis dan stress sendiri. Cause I don't even know what kemoterapi it is like I don't know what hamil anggur means to be. Yang saya tahu, kemoterapi itu pengobatan untuk penyakit kanker dengan sederet efek seperti mual, muntah, gatal-gatal, rontok dan sariawan. Dan dengan biaya yang sangat mahal.

Tapi dokter menekankan bahwa ini kemoterapi ringan dengan efek yang hampir sama. Tapi dengan biaya yang relatif rendah. Ini juga kemoterapi dengan dosis yang paling ringan. Namun program otak saya tetap berfikir kemoterapi yang saya tahu dari sinetron-sinetron. Saya benar-benar tak bisa membayangkan bahwa nanti suatu hari rambut saya rontok, atau saya botak. Oh, how much it's terrible ever!!! Tapi Tuhan berkata lain, saat baru memasuki ruangan kamar, Tuhan mempertemukan saya dengan perempuan berkerudung bernama Pipit. Dan ternyata penyakit kami sama. Dia juga sedang akan menjalani kemoterapi session ke-7. Akhirnya dia menjelaskan bahwa kemoterapi yang dimaksud tidak separah apa yang saya bayangkan. Waktu suntik MTX pertama, dia tidak merasakan mual muntah dan efek-efek lainnya. Asalkan badan kita sehat dan disuply dengan banyak makanan sehat.

Saya menuruti nasihat-nasihat dia dengan banyak makan, banyak minum air putih, bahkan memakan habis sayur dari makanan rumah sakit walaupun rasanya OMG!! Tapi karna saya mau sembuh dan mau sehat terpaksa saya makan. Bahkan, Teh Pipit bisa melakukan aktivitasnya sebagaimana biasanya karena tidak ada riwayat pendarahan seperti saya.. Sedangkan saya memang harus bedrest total untuk mencegah si pendarahan kembali datang. Saya salut sama semangat dia. Walaupun dia mengakui  bahwa yang namanya orang sakit tetap ada moment dimana up tapi lalu down. Apalagi ini sudah kemoterapi ke-7. Kebayang-bosennya-2-minggu-sekali-harus-nginep-di-rumah-sakit-selama-4-hari-pulak!! Dan dosis kemoterapi dia sudah meningkat jadi ME dengan memasukan obatnya ke dalam infusan. Karena kuantitas penurunan HCG-nya kurang signifikan.

Saya menjalani kemoterapi tersebut dengan tenang. PADA AKHIRNYA! Karena alhamdulilah wasyukurillah badan saya nggak protes. Dan tidak ada efek yang aneh-aneh. Selama di rumah sakit saya cuma disuntik tanpa diinfus. Bahkan jarang diperiksa suster atau dokter jaga karena badan saya yang sehat. Pulang ke rumah saya kembali bedrest selama kurang lebih 2 minggu. Sempat ada pendarahan sedikit dan tidak hebat. Dua hari sebelum kontrol ke dokter, saya test lab lagi. Untuk cek kadar HCG saya. Saya sempet stress karena takut dengan hasil HCG tersebut. Teh Pipit bilang, ada beberapa orang yang kena penyakit ini, sel yang ada ditubuhnya bandel jadi kadar HCG-nya malah naik atau tetap. Tapi ada juga yang sensitif jadi bisa turun atau bahkan turun banyak. Jadi saya nggak tahu sel yang ada ditubuh saya bandel atau sensitif. Yang ada dipikiran saya, walau turunnya hanya beberapa puluh ribu gak apa-apa. Saya bersyukur. Tapi setelah melihat hasil lab, YASSALAM. Tuhan benar-benar bersama saya. Dari 30000 sekian turun jadi 796. Bukan lagi puluhan ribu seperti bayangan saya. Tapi ratusan!!! Saya sampai ingin menangis terharu. God is really great. Ini berkat doa kita semua. Papa bilang, jika orang-orang yang berdoa doanya dikumpulkan jadi 1 akan menjadi 1 kekuatan yang utuh untuk dikabulkannya doa tersebut. Nice opinion Dad :)

Kontrol ke-2 tanggal 5 November 2012. Dokter happy when see my quantity HCG. Dia bilang responnya bagus. Saat test USG, dokter juga bilang rahim saya mulai membaik. Pendarahan yang datangnya kadang-kadang dengan jumlah yang sangat sedikit ciri-cirinya. Alhamdulilah. Sehabis kontrol saya langsung kemoterapi ke-2. Selama di rumah sakit dokter selalu memperlihatkan wajah happy karena kondisi saya mulai membaik. Dan dengan mendapat penyakit ini, saya jadi tahu bahwa kemoterapi itu dosisnya beda-beda, dan bukan hanya untuk penyakit kanker saja. Tapi tujuannya sama, untuk membunuh/mencegah sel-sel kanker. Waktu saya kemoterapi kedua, ada beberapa pasien yang juga sedang menjalani kemoterapi. Tapi sekali lagi bukan karena penyakit kanker. Hampir sama dengan saya, ada indikasi mengarah ke sana jika tidak dikemoterapi. Tapi mungkin karena dosis mereka lebih tinggi dari saya, jadi efeknya lebih berasa. Mual, muntah, rambut rontok. Tapi ada juga seorang Ibu yang menjalani kemoterapi yang dosisnya hampir sama dengan pasien-pasien di sana tapi tidak mengalami gejala apapun sama seperti saya.

Sorry for my reader, kalo pembahasan saya di blog beberapa kali ini selalu tentang penyakit saya. Bukan ingin mengharap belas kasihan. Tapi saya cuma mau berbagi. Bahkan saya senang jika ada yang sedang mengalami, lalu membaca blog saya ini. Agar dia juga jangan takut. Saya tidak pernah bosan untuk browsing di internet tentang penyakit ini. Sebanyak-banyaknya saya ingin tahu tentang penyembuhan atau prosesnya. Sampe saya mikir, apa gue jadi dokter kandungan aja gitu? Secara ilmu gue udah kaya sama penyakit yang dinamai Tumor Trofoblas Gestasional atau TTG ini (sorry kalo ilmiahnya sama). Eh, by the way. Gak sadar umur apa gue pengen jadi dokter :D

So' reader, saya minta doanya aja ya. Sekali lagi saya nggak minta belas kasihan atau simpatynya. Dan biar siapapun yang membaca walau tidak mengalami (jangan sampe ya :) ) , tetap tahu apa itu hamil anggur. Dan kenapa bisa ada kemoterapi segala. Walaupun sebenarnya, penyakit saya ini terbilang langka karena perbandingannya 1:1000 . Tapi dengan kesembuhan 90-100%. Mudah-mudahan saya nggak kehabisan stock sabar selama menjalani proses penyembuhan ini. Amin Ya Rabal Alamin O:)


Selasa, 23 Oktober 2012

Day One sebelum kemoterapi



Ternyata perjalanan saya setelah proses kuretase kemarin masih panjang. Mari kita berbagi cerita. Ujian sekaligus berkah yang sudah Tuhan titipkan pada saya. Belajar bukan berarti harus mengalami bukan? belajar juga bisa mencontoh dari apa yang dialami orang lain :)
            
            Saya akan selalu ingat hari ini. Tanggal 18 Oktober 2012, hari di mana saya sedang dalam posisi tiduran di kasur panjang berwarna putih yang tidak pernah saya suka. Sambil mengetik apalah namanya ini, mungkin cerita kehidupan. Di kolom blackberry yang tidak sebesar monitor PC.
            Sambil menonton acara Hitam Putih Trans7 *sebenarnya air mata saya juga sedang mengalir*, dan saya berusaha penuh bercerita di sini sambil menahan laju air mata yang sedikit-sedikit membasahi pipi. Saya juga berusaha agar tidak ada yang sadar saya sedang menangis. Saya khawatir orang-orang di sekeliling saya juga lelah melihat air mata saya.

            Hari ini saya cek up ke rumah sakit entah yang ke berapa kalinya. Dan Dokter bilang dengan lugasnya saya harus dirawat lagi di rumah sakit pemerintah ini untuk yang ke-2 kalinya. Kalau mendengarkan suara perasaan, saya menangis dan menjerit. Ya! Saya sedih! Karena saya manusia biasa toh? Oke, jadi dokter bilang saya harus menjalani rawat inap untuk kemoterapi. Kita semua tahu bahwa saat mendengar kata kemoterapi pikiran kita pasti mengarah ke penyakit kanker. Dan, tidak ada orang yang mau juga. Sebenarnya penyakit saya bukan itu. Tapi, saya kurang tahu istilah kedokterannya pastinya apa. Jadi kita sebut saja Mola atau hamil anguur.
            Kemoterapi yang harus saya jalani ini adalah efek dari hamil anggur yang sempat saya alami waktu usia kandungan saya memasuki minggu ke-10.  Dan dokter bilang, efek dari hamil anggur ini cenderung/potensi ganas. Untuk lebih jelasnya, silahkan googling biar Om Google yang menjawab J

            Saya sudah tidak lagi sibuk memikirkan apakah besok lusa saya akan dimarahi bos, apakah satu jam lagi saya akan nge-Mall, dan apakah nanti malam saya harus melayani suami. Yang saya pikirkan hampir setiap menit adalah, Tuhan saya mau sembuh saya mau sehat. Sebenarnya, kemoterapi yang akan saya jalani besok untuk pertama kali adalah satu-satunya jenis kemoterapi yang bisa menyembuhkan sel-sel kanker di dalam tubuh. Dan kemoterapi terringan dengan dosis yang ringan. Tapi dengan efek yang hampir sama. Saya masih bersyukur pada Tuhan bahwa penyakit saya bisa disembuhkan. However, I believe in God.
            Jujur, pada awalnya saya sulit sekali menerima keadaan ini. Saya ingin protes pada Tuhan. Dari sekian banyak wanita yang saya tahu/kenal, kenapa harus saya yang mengalami ini. Kehilangan bayi pertama saya, lalu harus menjalani sederet proses yang panjang dan sungguh melelelahkan. Tapi tadi saat saya sedang duduk di ruang tunggu pendaftaran rawat inap, saya merenung banyak hal. Berfikir lebih banyak. Saya mencoba mind-map kembali dan menata cara berfikir saya yang saat itu petanya sedang berantakan. Bahkan jika diibaratkan puzzle, potongan-potongan puzzle tersebut berlarian dan tidak menampilkan gambar secara utuh. Saat pikiran saya belum jernih, saya berfikir tentang berkah-berkah luar biasa yang Tuhan berikan. Dan saya mengumpulkan point-point tersebut.
            Yang pertama. Tuhan memberi kedua Orang Tua yang hebat yang tidak pernah lelah mendoakan saya, memberi saya semangat hidup, dan mensupport saya selama sakit. Orang Tua yang mati-matian melakukan segala hal untuk saya, anaknya. Dan mereka luar biasa sabar, walaupun saya tahu mereka juga melihat saya sakit. Atau juga sama lelahnya dengan saya. Tapi mereka tidak pernah memperlihatkan itu, mereka kuat demi saya.
            Kedua. Suami saya. Dulu, waktu saya masih jadi ABG tolol sok lugu saya selalu dipertemukan dengan cowok brengsek dan bukan cowok baik-baik. Sekalinya ada cowok baik, entah kenapa tidak ada jodohnya. Setelah menikah, saya akhirnya tahu alasan Tuhan. Itu karena saya lebih baik bertemu mereka dulu sebelum bertemu suami saya. Dan dengan baiknya Tuhan mempersatukan kami walaupun dengan jalan yang tidak mudah. Tapi kami berhasil melewati segala hal yang sulit itu. Dan Tuhan benar-benar sudah memberikan Pria yang tepat. Yang selalu saya pesan di setiap do’a saya kala shalat. Dia Pria sempurna versi saya. Dan dia mencintai Tuhan-nya lebih daripada mencintai saya.
            Di sini, saya tidak membahas tentang cinta mati atau cinta sejati. Tapi ini tentang hubungan yang bisa saling menguatkan. Buat saya, suami saya itu orang yang paling berlogika. Dia cerdas dalam menyikapi segala sesuatu. Dia juga yang menguatkan saya setiap hari saat saya harus menghadapi segala hal yang sulit. Dan dia terorisme paling berpengaruh dalam hidup saya yang sering menanamkan pikiran bahwa hidup itu sudah ada yang mengatur. Tidak ada hal sulit apapun yang harus kita takutkan selain Tuhan. Karena hanya Dia yang berkuasa penuh atas hidup kita. Suami saya juga yang mengajarkan saya untuk berfikir bahwa semua yang kita punya di dunia adalah milik Allah semata. Bahkan nyawa kita sekalipun. Jadi, materi bukan tujuan utama hidup.
            Ketiga. Adalah keluarga dan mertua saya yang tidak pernah bosan berdoa untuk kesembuhan saya. Begitu perhatianya mereka akan kesehatan saya. Begitu pedulinya mereka berdoa untuk saya. Buat saya, *orang-orang yang sudah saya sebutkan tadi* merekalah justru harta saya yang paling berharga yang dengan baiknya Tuhan titipkan pada saya. Hanya demi mereka saya bisa hidup dan bertahan. Dari segala kondisi hidup yang tidak enak.

            Dari situ, saya berfikir bahwa Tuhan justru terlalu baik pada saya. Mengirimkan Orang Tua, Suami, dan keluarga yang tidak henti-hentinya mendoakan saya dan menyayangi saya dengan tulusnya. Jadi kenapa saya harus bertanya, “ God why must me?” saat saya harus menjalani rasa sakit ini.
            Dan dengan alasan apa lagi saya harus mengeluhkan ujian-ujian dalam hidup saya. Buat saya, hidup saya malah terlalu sempurna. Tuhan sangat sayang pada saya tanpa terkecuali. Karena Dia membiarkan saya belajar banyak hal. Tidak setiap orang bisa belajar dari rasa sakit, dari keadaan atau pengalaman yang tidak mengenakkan. Tapi Tuhan memberi saya kesempatan, untuk belajar banyak hal. Untuk bisa pintar membaca hikmah yang Dia berikan dan belajar dari sana.
            Jadi, saat saya sakit dan harus menjalani banyak proses saya tetap bersyukur pada Tuhan. Berkah yang Dia berikan di hidup saya sungguh luar biasa. Sungguh tidak bisa saya sangkal. Dia terlalu sempurna untuk memberikan hidup yang begitu sempurna. Saya tahu, doa dan harapan tidak akan membuat hidup kita “selalu” baik-baik saja tapi akan SELALU membuat kita bisa menyikapinya dengan baik. Dan kadang, doa yang kita panjatkan tidak selalu berwujud apa yang kita inginkan. Tapi justru berwujud apa yang tidak pernah kita harapkan. Malahan dengan maksud mengabulkan doa kita.
            Saya bukan mau belajar jadi ustdzah seperti Mama Dedeh, saya hanya ingin setiap orang juga bisa belajar seperti saya. Belajar hidup ber-ke-Tuhan-an. Jadi, apapun yang terjadi dalam hidup kita selalu didasarkan Tuhan sehingga kita tidak takut akan apapun karena yakin Tuhan bersama kita dan mengatur semuanya dengan baik. Karena kita tidak pernah tahu skenario baik apa yang akan Tuhan tulis dibuku harian kita. Jadi, bersyukurlah! Apapun yang sudah Tuhan tentukan untuk hidup kita. Walaupun kita tahu bahwa itu tidak mudah untuk selalu diterapkan disetiap keadaan. Tapi saya selalu yakin dengan bersyukur, justru segalanya jauh lebih mudah.
            Terakhir saya sakit parah dan dibawa ke rumah sakit, dari situ saya mati-matian berdoa minta kesempatan pada Tuhan untuk tetap hidup. Untuk tetap kuat. Dan saat itu saya percaya bahwa Tuhan memang benar-benar sedang menolong saya. Dan Dia memang menyelamatkan saya. Di dalam bayangan saya, dia sedang menggenggam tangan saya dan berkata, “ I’m a proud of you cause you’re strong. And have more power.” Jadi saat itu saya bisa benar-benar kuat.
            Saya selalu ingat salah satu quote penyanyi terkenal Ahmad Dani, yang pernah bilang bahwa saat Tuhan berkata YA, semesta mendukung. Itu pula lah yang saya alami selama saya sakit. Tuhan sedang menguji hidup saya sekaligus mentransfer kekuatan sambil menggenggam tangan saya. I don’t know what to say, but … God is really GREAT. So’ I love You my Dear Allah SWT.  
             

Rabu, 03 Oktober 2012

Sudah terbiasa dengan kehilangan

Alhamdulilah, akhirnya saya ada di depan komputer kantor lagi. Duduk manis dan bisa sambil ngenet setelah kerjaan beres. Saya pengen cerita banyaaaakkk. Mudah-mudahan panjangnya gak ngalahin sinetron tersanjung. Tapi lumayan inspirasional kok (apalah arti kata-kata ini!).

Jadi ceritanya, saya inget banget. Tanggal  22 Agustus 2012. Pas setelah 8 hari saya telat menstruasi dan beli testpack. And then, jantung saya berderbarnya kenceng banget kayak baru pertama jatuh cinta in 5 years old (seriously!). Tangan saya gemeter saking senengnya liat 2 garis warna merah yang seolah melambai-lambaikan tangan ke arah saya. Suami saya cuma senyum-senyum and then he kiss my forehead. Dia bilang udah nyangka saya hamil diliat dari tanda-tanda keluhan saya sakit di sana sini. And I'am so' happy. More than just a happy. Kalau ada istilah lainnya untuk lebih bahagia daripada bahagia, mungkin maksud saya itu.
Sempet kepikir apakah saya mampu mengandung selama 9 bulan, apakah saya siap menghadapi moment-moment persalinan, dan yang terpenting apakah saya bisa jadi Ibu yang baik dan bisa mendidik anak saya jadi seseorang yang cerdas sesuai dengan yang saya mau. Tapi dengan bismillah, saya ikhlas menjalani semuanya. Walaupun menjadi seorang Ibu itu tidak mudah.

Masuk minggu ke 6 saya mulai sering mual bahkan sampai muntah. Hari-hari saya sudah berubah 360 derajat. Saya nggak suka bau parfum so' I never use it again. Sehari muntah bisa 2-3 kali. Saya gak mau dandan dan memang tidak dibolehkan memakai kosmetik sembarangan. Saya yang tadinya menomorsatukan penampilan diluar semua hal jadi seseorang yang cuek banget masalah penampilan. Jarang cuci muka sebelum tidur, keramas bahkan bisa 3 hari sekali. Teman-teman bahkan suami saya bilang kayaknya anaknya cowok saking pemalesnya. Haha. Walaupun saya pengen banget anak perempuan tapi saya syukuri saja kalau Tuhan memberi saya anak laki-laki.

Sampai suatu hari, saya udah nggak kuat banget dengan mual dan muntahnya yang kuantitasnya makin hari makin bertambah. Sampe nggak kuat pergi kerja. Tanggal 20 September malamnya saya dan suami periksa ke bidan. Maksudnya pengen liat anak kami lewat USG. Sebelum pergi, saya sempet berdo'a pada Tuhan semoga bayi saya sehat. Tapi sesampainya di sana, dan periksa USG saya dikagetkan oleh raut wajah bidan yang agak weird. Katanya saya harus periksa ke dokter kandungan. Karna bayinya nggak keliatan. Dan  prediksi bidan saya kayak hamil anggur alias hamil diluar kandungan. Saya langsung kaget, dan masih belum paham istilah hamil anggur ini. Tapi yang jelas, saat itu saya sedih banget. Bidan bilang kalau prediksinya benar, saya harus kuretase dan bayinya harus dikeluarkan. Sebisa mungkin saya tahan tangis di sana. Baru sampai di mobil, saya mulai saling melihat dengan suami saya. Dia hanya bilang saya harus banyak bersabar. Dari situ tangis saya meledak. Bahkan suami saya pun hanya bisa menggenggam tangan saya tanpa banyak bicara. " Kita lagi diuji lagi sayang ..." kalimat itu pun bahkan lebih dahsyat dari prediksi bidan tentang kehamilan saya. And I say to him that, " Aku rela mual sama muntah terus asal bayi kita sehat ..."

Besoknya saya langsung ke dokter kandungan di rumah sakit ibu dan anak, ternyata diagnosa dokter tersebut juga sama. Hamil anggur. Saya dirujuk lagi ke lab untuk tes darah hormon kehamilan atau biasa disebut HCG. Setelah hasil keluar, dokter tersebut merasa tidak sanggup untuk tindakan kuretase karena kadar hormon kehamilan saya tinggi sekali. Sampai bosan saya menangis. Kenapa saya harus kehilangan anak saya bahkan sebelum saya sempat melihatnya. But, lucky me. Tuhan mengirim seorang suami yang sangat sabar menghadapi saya. Saya tahu dia juga sama kecewanya dengan saya. Tapi dia berusaha sekali untuk terlihat lebih kuat dari saya untuk menguatkan saya.

Saya dirujuk kembali ke rumah sakit negri di Bandung karna saya harus ditangani dokter specialis onkology. Di rumah sakit swasta besar pun, specialis onkology tersebut tidak ada. Hanya ada di rumah sakit negri tersebut yang, maaf. Pelayanannya pun sungguh sangat tidak nyaman. Tapi ya terpaksa. Akhirnya dari tanggal 25 September saya dirawat di sana. Dan ternyata proses kuretasenya pun masih harus esoknya menunggu dokter yang bersangkutan. Saya masih mual, muntah, bahkan sudah tidak masuk makanan apapun. Belum lagi pihak rumah sakit yang cuek karna saya belum dapat suntikan infus. Malamnya, ternyata saya harus pasang alat yang dimasukan lewat vagina agar saya mengalami pendarahan dan agar rahimnya terbuka saat di kuret nanti. Subhanallah, sakitnya melebihi apapun. Saya sampai jerit-jerit kesakitan. Tidak bisa tidur nyenyak, dan ketegangan terus menghantui saya. Entah kejutan apa lagi yang akan saya terima.

Suami saya masih menemani bahkan memberi lebih banyak support. Walaupun saya tahu dia lelah bahkan rela meninggalkan pekerjaannya berhari-hari. Saya jadi tahu bahwa saya nggak salah pilih suami. He's the best!!! Tindakan kuretasi dimulai pada tanggal 26 September jam 10 lebih 15 menit sampai pukul 10.30.

Hikmah yang saya dapat setelah kuretase ini, saya berfikir bahwa mungkin Tuhan memang menyiapkan moment yang lebih indah untuk saya dan suami. Walaupun kami harus kehilangan anak pertama kami. Dari hari ke hari saya mulai ikhlas melepas dia pergi. Bahkan teman saya bilang, anak yang sudah meninggal di kandungan akan mendoakan orang tuanya suatu hari nanti. Amin Ya Rabal alamin saya sampai terharu mendengarnya. Mungkin memang saya juga belum sepenuhnya siap jadi Ibu. Dan saya percayakan semuanya pada Tuhan. Biar Tuhan yang menentukan segala yang terbaik untuk saya dan suami. Saya yakin, apapun yang saya lakukan dengan berdasarkan atas Tuhan, demi Dia, dan untuk Dia, segala sesuatu yang sulit akan jadi mudah. Saya tetap bersyukur, ini tanda bahwa Tuhan sayang sekali pada kami. Dan kami tetap semangat menyambut kedatangan anak kedua di saat yang tepat, di saat yang sudah Tuhan janjikan :)

Rabu, 22 Agustus 2012

It is about life, not life style!

Hoaaaaa. Akhirnya bisa juga nongkrong depan laptop walau kepala masih pusing-pusing agak kurang nice buat diajak mikir. Sebenernya saya pengen nulis blog tentang ini dari sekitar 2 hari yang lalu. Tapi berhubung kepala saya berat sama pusing ya terpaksa ditunda dulu :D (okelah ini sama sekali gak penting).

Jadi, awalnya saya berfikir pengen nulis tentang gaya hidup atau perubahan gaya hidup seseorang saat melihat gaya hidup seseorang yang memang sudah berubah jauh dari pandangan saya tentang dia. Sebut saja dia salah satu sahabat saya. Kenapa saya panggil dia sahabat? Karna buat saya, sahabat itu orang yang paling tahu saya dan pernah ngalemin masa-masa susah bareng. And she does.
Kita temenan dari SMP kelas 2, dia satu-satunya orang yang paling mengerti saya di masa-masa sulit saya dulu. Dia juga orang yang masih mau temenan sama saya walau tahu saya type orang emosian. Intinya, dia selalu ADA. Dan satu hal yang bikin kita cocok bahkan masih bersahabat sampe kita SMA dan bahkan kuliah adalah, dia cerdas. So' we have the same taste in everything. Dia juga yang banyak mengajarkan saya banyak hal, bahkan bahasa inggris (she's really good in english).

Kita satu sekolah di SMP, pisah di SMA, lalu ketemu lagi di kampus tapi beda jurusan. Saya dan dia nggak pernah putus hubungan. Dalam hal apapun kita selalu conected. Singkat cerita, saya adalah tempat dia menangis dan mengadu tentang cowoknya yang saat itu brengseknya ngalahin brengsek Zumi Zola (lah, emang Zumi brengsek?) :P 
Saya selalu siap untuk mendengarkan. Kita selalu bercerita tentang mimpi-mimpi kita berdua. Dari mulai tentang pasangan hidup sampai karir. Suatu waktu, saat saya masih berpacaran dengan pasangan hidup saya dia cerita bahwa dia baru saja menemukan the one. Menemukan pria yang selama ini ia cari. Saya senang, sangat senang. Di saat saya juga sudah menemukan orang yang tepat, and she's got it too! Tuhan memang membuat segalanya tepat di waktu yang tepat.

Tapi, satu hal yang membuat saya berubah pandangan tentang dia. Sahabat saya bertahun-tahun lalu. Cara berfikir dia. Dia pernah mengemukakan pendapatnya tentang pernikahan. Dia sedang melakukan segala cara agar fisik dia lebih baik dari hari ke hari, mulai dari luluran sampai perawatan. And all about physicall. Saya tahu itu bagus, tapi begitu mendengar alasannya. Dia bilang, dia melakukan itu agar calon suami akan selalu mencintai dia. Buatnya, dengan menjadi cantik pasangan hidup sudah dijamin tidak akan kabur ke perempuan lain. Dan banyak pemikiran-pemikiran dia yang buat saya sih melenceng. Bukan sebagaimana kehidupan itu seperti apa adanya. Saya sampai bilang sama dia, saya punya banyak perjuangan yang harus saya lakukan untuk ke jenjang pernikahan. Saya dan pasangan hidup saya banyak belajar dari rasa sakit dan perjuangan. Bagaimana Tuhan mengajarkan kami agar kami kuat menghadapi cercaan dan materi yang saat itu ala kadarnya. Demi menikah. Demi punya kehidupan yang lebih baik. Dan kenapa dia hanya sibuk memikirkan bagaimana  caranya menjadi cantik dan agar selalu DICINTAI???

Saya tahu, bahwa saat itu karir dia dan pasangannya jauh lebih baik dari saya dan pasangan saya. Bahkan dari situ saya mulai melihat bahwa gaya hidup dia sudah berubah. Saya tidak bilang materi, tapi buat dia sepertinya materi, kekayaan, kecantikan, itu adalah modal hidup dia untuk mendapatkan pasangan yang tepat, untuk mendapatkan rumah tangga yang bahagia dan hidup yang sempurna. Padahal, saya belajar lebih banyak dari itu. Buat saya kebahagiaan hidup lebih dari hanya sekedar materi berlimpah. Lebih dari sekedar apakah saya cantik atau tidak. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk menghilang. Saya yang menghilang dari hidupnya. Saya yang memutuskan untuk tetap menjadi saya. Karna buat saya, gaya hidup kami sudah berbeda. Mungkin saya pun bukan sahabat yang baik, walau kadang how much I miss our moment. Tapi entah kenapa, saya yang pada akhirnya tidak bisa mengikuti gaya hidup dia. Saya yang tidak bisa mengikuti cara berfikir dia. Mungkin saya juga tidak benar-benar tahu alasan-alasan dia dan kehidupan dia yang sesungguhnya. Saya hanya menyayangkan, kenapa perempuan secerdas dia bisa melupakan bahwa kita pernah mengalami masa-masa sulit. Bagaimana kita bisa menghargai masa-masa sulit dalam hidup. Dan bagaimana kita bisa belajar menjadi seseorang yang tetap ingat saat kita di bawah saat kita sudah di atas.

Dear, 
you know that is the beauty of life more than IT!!!
I hope someday, kita sama-sama mengerti. Entah kamu yang mengerti cara aku berfikir atau aku yang mengerti cara kamu hidup. Yeah. Someday.

Kamis, 09 Agustus 2012

Kalau mau nulis tapi banyak alasan

Dem! Kepanjangan nggak sih judul postingan blog saya ini? Tapi gak papa ya. Gak akan masuk neraka juga kok. Suer :) Nah, beberapa hari yang lalu saya ngeklik tagged favorite di twitter. Favorite itu saya jadikan ruang khusus untuk catatan-catatan saya tentang penulisan dan hal-hal menarik yang someday bisa saya pake buat referensi buku saya. 

And I found 

Salah satunya di sana ada tentang ngoceh di blog. Dulu emang sempet kepikiran tapi saya sangat nggak PD. yah, isi blog saya aja gini-gini doank kok. Yang nengok juga gak full baca semua kan? Paling hanya beberapa. Tapi, gak ada salahnya juga kan ya kalo saya mulai sok-sok an promo. We never know kan ya :P

Sedikit histori, awalnya saya nggak ada niat mau nerusin novel yang udah bulukan alias nganggur gitu aja di komputer. Setelah saya baca ulang, kayaknya pas kalo saya terusin. Dari situ saya cari banyak referensi dari banyak sumber yang nggak bisa saya sebutin satu-satu *ntaran aja ya kalo udah terbit XD*. Terus saya olah jadi satu adonan. Please ini bukan kue, tapi cerita. Jadi, saya bikin konsep sesempurna mungkin. Oke, mungkin bukan sempurna ya, tapi is better than before. Dibanding novel-novel yang saya bikin di masa lalu. D'oh, masa lalu kesannya saya nulis dari zaman purba :))

Judul novelnya 1 perasaan 3 logika. Judul ini saya dapet 'ujug-ujug' pas saya lagi dibonceng (bok, dibonceng bahasa indonesia sopannya apa sih?) :D sama pasangan saya yang statusnya saat itu masih pacar. Di depan motor kita ada motor ber'pantat' kan stiker bertuliskan 1 logika 9 perasaan. Saya sama pasangan saya ketawa-ketawa pas baca stiker itu. Dia sampe bilang, itu kamu banget. Maksudnya, perempuan kan gitu ya bok apa-apa dibikin perasaan. Lain sama laki yang mainan utamanya adalah logika. Otak dia yang selalu dia pake. Dari situlah saya mengkombinasikan keduanya jadi 1 perasaan 3 logika.

Si logika dan perasaan ini saya jadikan lambang perempuan dan laki. Jadi another katanya adalah, 1 peremppuan 3 laki-laki :D Kalo dibikin gitu malah jadi komersil ya. Ehehe. Intinya, saya bikin karakter tokoh utamanya. Sekuat mungkin. Terus cari konflik-konflik mendasar yang bikin cerita ini menarik. Dari situ saya kembangkan karakter-karakter tokoh-tokoh lainnya. Baru deh sisi feelnya dimunculkan. Saya juga cari referensi dari hal-hal sekitar. Contoh gak jauh dari kantor saya. Masalah-masalah di sini saya angkat dikit-dikit. Biar masuk ke point cerita. Tadinya saya bikin deadline pribadi sekitar 2 bulan. Tapi melenceng jadi 4 bulan. Haha..

Saya punya banyak alasan kenapa nggak nulis. Iya capek lah, iya banyak kerjaan, iya banyak masalah, iya males, iya ilang mood. Pokoknya banyak. Tapi karna keinginan saya kuat ingin buku ini diterbitkan jadi saya hapus dikit-dikit. Cuma dikit loh :D (karna banyakan malesnya). Tapi akhirnya jadi. 196 halaman. Berarti gak ada lagi alasan kan untuk nggak mulai nulis. Kalo ngikutin males mulu ya kapan beresnya. Baru 1 penerbit yang nolak novel saya itu :P mungkin akan ada penerbit-penerbit lain. Tapi gak papa. Ini bagian kecil dari perjuangan saya. Ngalahin rasa malas aja bisa ampun-ampunan susahnya :)

So' mari mulai menulis. Walopun kemalesan-kemalesan dan alasan-alasan yang kita bikin selalu ada mengiringi langkah kita (bok, basa gue) :D

Everything can be happened :)

Kamis, 02 Agustus 2012

Kalau liat blognya cewek-cewek dan masih ada kata galau, Alhamdulilah saya udah nggak. Maksudnya udah nggak menggunakan kata itu lagi untuk pasangan. Tapi sometime menggunakan kata itu untuk pekerjaan. Oke, let say I didn't love my job. Tapi udahlah saya nggak lagi pengen curhat tentang pekerjaan.

Saya cuma merasa jadi perempuan yang paling beruntung dapet pasangan kayak kamu. Eh, suer deh kalo masih zaman-zamannya pacaran ngebahas tentang dia di blog itu nggak malu. Tapi sekarang udah married kok 'agak ragab' yah :D (ya udah deh, berdo'a yang khusyu kamu jangan baca blog yang ini) Hihi.

Dulu, di awal-awal pacaran kamu pernah bilang kamu akan selalu belajar jadi pacar yang baik, jadi lelaki yang baik buat saya. Be a good man kamu bilang waktu itu. Kamu pernah merasa kamu jauh lebih badboy dibanding saya yang nggak nakal-nakal amat. Padahal saya nggak pernah menuntut apa-apa. Dan selama perjalanan, akhirnya kita bisa saling mengoreksi dan menengahi tentang sifat kita masing-masing. Bisa saling mengingatkan. Tapi setelah kamu BENAR-BENAR sudah jadi lelaki yang baik buat saya, justru sekarang malah berbalik saya yang malu.

Saya merasa belum bisa jadi istri yang baik *komo deui solehah mah*. Saya masih selalu ngikutin ego saya dibanding logika saya. Sedangkan kamu udah bisa ngatur emosi kapan harus marah kapan harus diam. Kamu selalu berusaha ngikutin apa mau saya walaupun sebenernya kamu enggan atau memang nggak bisa. Tapi saya sebaliknya, saya masih memikirkan diri saya sendiri. Saya tahu sih saya yang masih harus belajar. Saya yang harus berusaha jadi istri dan perempuan yang baik buat kamu. Mungkin tanpa saya sadari, selama ini selalu kamu yang ngikutin kehendak saya. Bukan timbal balik. 

Kadang saya berfikir, di luar sana banyak perempuan yang nggak bahagia sama suaminya. Atau pura-pura bahagia demi kehidupan dia sendiri dan demi anak. Tapi saya jajauheun dari hal-hal kayak gitu. Karna saya tahu, kamu yang gak bisa ngalah buat orang lain tapi selalu bisa ngalah buat saya. Dan kadang saya yang merasa laknat banget. Tapi percayalah, dengan nulis di blog kayak gini juga itu namanya perenungan. Saya juga selalu berusaha jadi istri yang baik buat kamu. Dan jadi perempuan yang baik. Walopun definisi baik itu universal ya. Tapi saya berusaha banget mengimbangi kamu. Saya ga akan berusaha sempurna, tapi minimal gak nyakitin kamu terus :)

Jadi, marilah kita sama-sama berusaha mengimbangi dan saling menguatkan :')

Senin, 30 Juli 2012

The dream?

Mimpi.
Mendadak saya kepikir kata mimpi waktu entah lagi ngapain. Oya, waktu lagi lihat-lihat cake di internet. Mungkin kedengerannya sepele. Kata yang sangat sering orang gunakan untuk mencapai dan mendambakan kesuksesan sesuai dengan apa yang otaknya kreasikan.
Mimpi saya, Thank-God-pada-akhirnya-saya-tahu bahwa mimpi ini sangat sederhana dan nggak neko-neko. Mungkin yang sering stalking blog saya (maaf?) tahu kalo saya cuma suka nulis. Dan jelas kalo mimpi-mimpi saya nyangkut di tulisan.
Tapi entah kenapa, saya yang jelas-jelas gak punya jiwa bisnis mendadak pengen punya usaha. Bukan saya yang bikin atau produksi karna okelah saya nggak bisa apa-apa selain nulis dan sometime nyanyik (and some  people say that my voice is so' oke) :D

Yang jelas, yang kebayang di otak saya adalah someday saya bisa punya toko cake&bakery. Mungkin karna saya suka banget makan dan ngiler tiap liat cake-cake unyu yang sekarang lagi marak khusunya rainbow cake itu. Saya pernah nulis juga di sini tentang impian saya itu sampe saya search pic toko cake&bakery di Si Maha Tahu yang biasa kita panggil google. Duh, padahal saya nggak punya bakat bikin kue loh. Atau berkreasi di model-model kuenya gitu? Nope! Sama sekali nggak. Jadi ya udah pokoknya jangan tanya kenapa saya pengen punya toko kue. Ya pokoknya saya suka aja. Sama wangi roti-roti yang masih anget itu loh, menggodaaa banget.

And then saya pengen punya salon. Duh, beneran deh kayaknya saya mulai ngerti. Usaha-usaha saya itu berdasarkan atas kebiasaan-kebiasaan saya. Makan kue, Nyalon. See? Oke, next! Saya pengen punya salon perawatan dari ujung rambut sampe ujung kaki. Dan yang kebayang di otak saya adalah, selain saya jual jasa saya juga jual senyum. Hahaha. Kidding! I means, saya suka berimajinasi saya kayak tante-tante (please jangan dilihat dari sisi negatifnya) yang punya salon yang suka jadi tempat curhat customernya. Haha. Berlebihan gak sih imajinasinya? =))

Terus saya pengen punya boutique. Bukan hanya jual secara online kayak yang lagi ngetrend zaman sekarang tapi the real boutique. Yang dekorasinya banyak bunga-bunga (tapi bukan yang norak) dilengkapi nuansa pink peach. Udah gitu tempatnya gak usah gede-gede amat. Kecil tapi menawan gitu. Bok, bahasa saya terkesan kalimat gundul-gundul-tapi-menawan gak sih? :D
Keinginan saya yang ini juga sama. Berdasar dari kebiasaan saya shopping dan belenjong plus hunting baju-baju menawan (duh, kata menawan ini muncul lagi). Saya pengen saaat punya boutique nanti saya pake dekor sesuai imajinasi saya. Belom lagi, baju yang saya jual bakal saya murahin harganya. No, I means bukan murah tapi kejangkau lah sama ABG-ABG yang pengen tampil gaya. Haha *pengalaman pribadi bok* :D

For the last, saya pengen punya toko buku. Eh, bukan-bukan. Bukan toko buku kayak gramedia gitu. Tapi surganya buku tempat saya nyewain buku-buku saya. Ini juga diambil dari kebiasaan saya pinjam novel-novel dari perpustakaan. Nah, itu maksud saya bukan toko buku tapi perpustakaan. Bahaha. Saya ngerti banyak orang yang suka baca tapi gak semua buku bisa dia beli. Yeah, I think it's good. Saya sok-sok an sukarelawan banget ya :D But, seriously. Saya seneng baca dan baca buku dari perpus itu bikin saya kenyang kok. 

Oke. Selesai sudah saya membahas mimpi-mimpi saya selain jadi penulis. We never know what happen ya dear. Mungkin salah satu dari mimpi yang saya sebutkan tadi bakal ada yang nyata suatu hari nanti. Atau bahkan semuanya? Waaahhh. Amin aja deh. Saya gak punya jiwa bisnis sebenernya. Jadi pengusaha pun kayaknya udah zone nya suami saya bukan saya. Tapi kita gak pernah tahu apa rencana Tuhan. Sometime, saya hidup dari hasil pemikiran the secret sih. Jadi pernyataan saya tadi gak nutup kemungkinan bisa berhasil saya raih. Jalan yang akan Tuhan berikan kadang gak realistis. Tapi memang begitulah cara Dia memberi yang terbaik buat kita :)

Nice dream ...

Rabu, 04 Juli 2012

Pamer sama dengan pencitraan nggak sih?

Dewasa ini (bok, bahasanya kayak soal cerita di buku pelajaran SD) saya sudah jadi Nyonya. Oke. Maaf. Ini sama sekali bukan pencitraan atau pengumuman. Untuk sebagian teman-teman saya. Ini sudah bukan rahasia umum lagi. Tapi tulisan saya kali ini emang ada hubungannya sedikit dengan syukuran di awal bulan depan kemarin. Kenapa saya bilang syukuran? Karna saya nggak mau nganggep ini pesta. Ini hanya sebuah loyalitas terhadap tradisi dan kebudayaan semata. Menurut saya sih gitu. Bodo amat orang lain mikirnya ini waktu yang tepat buat pamer. Not my bussiness.

For me, this resepsi is going dizzy. Kenapa? Karna saya sama pasangan saya bukan hanya sibuk mempersiapkan tetek bengek dan embel-embelnya. Tapi juga materinya. Bukan juga sibuk mikirin atau milih selera kita masing-masing. Apakah mending nuansa oranye atau nuansa ungu, itu nggak ada di kamus-persiapan-pra-resepsi saya dan pasangan. Kita hanya sibuk berfikir meminimalisir biaya yang mendingan dipake setelah acara selesai. Dan sebisa mungkin nggak nyusahin orang tua masing-masing. And it make me PROUD. Sungguh!

Karna saya bangga, saya sama pasangan saya selalu dilatih untuk berfikir dan mencari. Juga meminta (sama Tuhan) dan berdo'a. Bukan dengan pamer di status BBM, facebook, twitter bahwa pesta yang akan diselenggarakan nanti berlangsung mewah. Nope! Jajauheun kalo kata orang sunda mah. I means, sedikit curcol gitu di status ya wajar aja lah ya. Tapi maksudnya, kalo dibandingin sama beberapa peureu di recent update BBM saya, ya balik lagi ke bahasa sunda tadi. Jajauheun lah. Niat saya baik, dan pembayangan saya bukan cuma sekedar berpesta lalu malam pertama lalu bulan madu. Nooooo. Pembayangan saya lebih ke tanggung jawab. Someday kalo saya sudah jadi ibu dan saat menjadi seorang istri. Kalo bahasanya pasangan saya, kita punya peran masing-masing.

And then, kenapa para peureu-peureu itu segitu hebohnya memamerkan kekayaan calon suami mereka. Ya, mungkin mereka lupa kalau hidup itu kadang nggak mudah. Dan solusinya bukan uang atau harta. Tapi buat saya kebanggaan mereka nggak rasional. Beda hal nya kalau kekayaan itu hasil keringat, hasil dimarah-marahi konsumen, hasil disuruh ini itu sama atasan, hasil keribetan di pagi hari saat mulai bekerja. No! Sepertinya mereka nggak tahu tentang itu.

Buat saya, sayang banget hidup yang hanya sekali ini harus diisi dengan hanya memamerkan kekayaan yang judulnya juga dikasih. Seolah-olah semua itu bersifat permanen. Rasa memiliki yang begitu tinggi itu nggak akan bawa kamu kemana-mana. Toh bahkan diri kita pribadi aja milik Tuhan. Bukan milik diri kita sendiri.

Sabtu, 09 Juni 2012

Everythings look so' cryptic

Siapa yang bilang bahwa hidup itu hukumnya pasti? Siapa yang bilang masa depan itu terlihat dari sini. Tertangkap oleh kamera mata kita. Cenayang mana yang berhasil melihat masa depan seseorang secara jelas. Tak ada yang sepintar Tuhan melihat bagaimana hidup kita di masa depan.
Hari ini, saya mendapat satu hal kecil yang bisa saya tangkap. Saat beberapa orang teman menyebutkan nominal gaji di perusahaan tempat ia bekerja. Kebanyakan teman-teman kampus saya berlomba untuk mendapatkan peringkat, kedudukan, dan gaji besar. Sampai mereka berjuang penuh untuk mendapatkan itu. Sampai akhirnya, saya sadar. Saya yang tadinya seperti ikut berkompetisi dengan mereka melihat sesuatu yang lain. Pernah saya baca kalimat dari seseorang bahwa pekerjaan yang kita inginkan sebenarnya tergantung passion kita. Bukan tergantung pada peringkat, kedudukan, dan gaji besar tadi.
Saya berfikir *saat saya sadar* ternyata dari awal saya kuliah saya berbeda dengan mereka. Berbeda dalam arti, kenapa cita-cita saya tidak setinggi mereka. Dan bahkan saya hanya ingin jadi penulis tetap, a full Mom, sesederhana itu. Saya tidak pernah melihat bahwa menjadi penulis uang yang saya dapat tidak besar. Saya tidak melihat bahwa menjadi penulis saya tidak akan punya kantor megah yang bisa dicapture dan dipajang di DP BBM. Atau bahkan menjadi bahan perbincangan UTAMA saat reuni sekolah, atau ditengah perkumpulan keluarga besar. Saya tidak menginginkan itu. Saya hanya ingin menulis, dan bagaimanapun keadaannya nanti itu akan jadi profesi tetap saya.

Dari situ saya sadar saya berbeda dengan teman-teman saya yang bekerja mati-matian demi mendapatkan masa depan yang sesuai aturannya sudah dibayangkan di otak mereka saat mereka masih kuliah dulu. Sedangkan saya menolak mendapatkan yang lebih tinggi dari sekedar menjadi penulis. Karena saya akhirnya tahu passion saya hanya ada di menulis. Saya *dengan serentetan histori penolakan dari penerbit* memang tidak pernah berfikir apakah suatu hari nanti buku saya akan terbit dan meledak jadi best seller. Lalu akan kenal dan bertemu dengan penulis-penulis terkenal yang biasanya hanya bisa saya lihat lewat timeline mereka di twitter. Tapi sering saya berkhayal suatu saat nanti entah di tahun berapa, saya akan masuk di acara Kick Andy karna buku yang saya keluarkan menjadi inspirasi bagi para pembaca. See? Buat saya masa depan juga bisa terjadi lewat khayalan odong-odong atau istilahnya khayalan yang tidak resmi. Masa depan tidak harus tercipta dari aturan baku dengan belajar rajin saat sekolah hingga mendapat pekerjaan yang sesuai dengan prestise di kemudian hari. Saya rasa, sukses atau tidaknya seseorang itu tidak tergantung dari hal apapun. Saya yang menulis dengan begoknya saja suatu hari nanti bisa menjadi penulis inspirator. Di mana saat itu saya sudah mencintai pekerjaan tetap saya.

Bukannya saya tidak mau bekerja selayaknya orang biasa. Saya juga manusia biasa yang cari duit buat makan sehari-hari. Tapi walaupun tidak setiap orang bisa menerima, buat saya menjadi penulis juga merupakan prestasi yang tidak kalah berharganya dengan menjadi karyawan di perusahaan gedongan. Walaupun mungkin saya tidak punya kedudukan atau gaji sebesar mereka. I really don't care selama saya juga bisa berkreasi. Toh, hidup itu bukan hanya sekedar makan, minum, cari duit dan bercinta. Tapi saya yakin maknanya lebih dari itu ...

Minggu, 01 April 2012

Sayap-sayap patah

Tolong jangan negativ thinking dulu waktu saya bikin judul yang udah jelas nyopas dari salah satu judul puisi Kahlil Gibran. Bukan mau niru-niru isi dari puisi tersebut. Sumpah gak ada hubungannya sama puisi atau apapun itu namanya. Judul itu tetiba muncul numpang lewat di otak saya waktu lagi di kamar mandi tadi. Jelas lah saya juga nggak perlu kasih tahu apa yang saya lakukan di kamar mandi.

Gimana kalo kita langsung ke topic yang mau saya bahas? Oke. Let's start!
Jadi, waktu ngebayangin kata-kata tersebut, apa yang saya bayangin adalah perempuan. Perempuan yang sering disimbolkan sama kata 'lemah' dan nggak jauh dari tangis dan air mata. Entah kenapa definisi yang otak saya kasih dari sayap-sayap patah adalah pecahan-pecahan hati yang nggak ada tambalannya.
Hey! Tulisan saya ini jadi lebih menyerupai tulisan tentang perempuan rapuh yang nggak bisa apa-apa. Entah kenapa saya jadi nyambung-nyambungin judul itu sama perasaan. Ya gimana ya saya juga perempuan biasa yang memang sometime, feel so' weak. Wajar aja kali ya kalo saya jadi menghubung-hubungkan si sayap sebagai hati.

Tapi whatever it is, emang nggak terlalu penting juga sebenernya karna saya nggak lagi pengen membahas tentang sayap ayam atau burung atau bahkan sayap pembalut (option terakhir abaikan). Saya juga nggak lagi ngebahas tentang apa aja benda yang bisa patah di dunia ini selain hati? Ealaaah, kok jadi balik lagi ke urusan hati :D

Baiklah, lupakan tentang sayap-sayap patah tadi. Yang pasti, definisi tentang perempuan lemah itu sebenernya beragam dan sometime nggak bisa kita prediksi secara pasti. Karna banyak banget type perempuan lemah yang ternyata sebenernya punya perangai kuat tapi hanya lemah di dalam (Saya juga nggak gitu ngerti sebenernya dengan apa yang saya tulis ini) Tapi apapun itu, yang pasti sayap-sayap patah masih jadi judul puisi milik Om Kahlil Gibran dan saya nggak ada niatan sedikit pun untuk ngaku-ngaku itu ide saya atau apalah. Hari sudah semakin malam, waktu juga maju terus jadi baiklah kita akhiri saja percakapan ini, and good night, LOVE :)

Sabtu, 10 Maret 2012

Ladang Sedekah

Mumpung malem-malem bisa online akhirnya saya putuskan untuk kembali menulis. Buka blog yang dibukanya kalo ada komentar doank (saya janji untuk lebih sering nulis bukan cuma ngecek komentar, saya harapa saya bukan termasuk golongan wanita pencitraan) :D

Sambil nunggu upload foto dari blog yang satunya lagi (oke, koneksi malem ini nggak terlalu bagus berhubung malem minggu). *gak ngaruh juga kali*

Saya tahu kadang apa yang saya tulis nggak gitu heboh, spekta atau bahkan sampai mengundang media cetak untuk menerbitkannya. Tapi boleh dong ya kalo saya sedikit share di sini tentang keseharian saya atau tentang apa aja yang saya alami dan pelajari.
Hari ini saya belanja naik angkot. Mungkin itu juga bukan hal yang menakjubkan atau mengguncang dunia tapi setelah sekian lama jarang naik angkot, akhirnya saya naik angkot juga sendiri. Sedikit teringat tentang masa lalu saya yang PUALING SENENG kalo dikasih kesempatan sama Tuhan untuk ngelamun di angkot smabil dengerin lagu. Hey! saya rasa itu asal muasalnya tercipta tema 'galau' di internet. Wanita-wanita kayak saya itu yang paling demen ngulang-ngulang yang udah-udah.

Sebelum saya ngelantur lebih jauh ke masa lalu saya dan coba-coba make mesin waktu untuk sampai ke sana, mending saya langsung cerita aja. Setelah masa-masa galau berakhir, naik angkot jadi lebih ke merupakan memperhatikan orang-orang sekitar kita. Memperhatikan hal-hal kecil yang kadang nggak kita tangkep secara sadar. Tapi tadi, saya banyak memperhatikan orang-orang kecil yang hidupnya di jalanan. Yang mencari uang 'ala kadarnya' di lapangan.
Pertama saya sempet ketiban sial naik angkot yang angkotnya entah kenapa mogok dan keluar asep dari mesinnya. Panggil saya bodoh karna saya nggak akan bisa ngejelasin sebab musababnya kenapa mesin angkot tersebut sampe ngeluarin asep. Saya dan segenap penumpang di sana sempet turun dan lari ketakutan. Sampe imajinasi saya bergerak lebay ngebayangin mobil bakal meledak dan kami orang-orang yang di sana kena ledakannya (walopun itu memang mungkin terjadi, tapi au'dzubillah himindalik lah) dan alhamdulilah memang semua orang selamat dan gak ada ledakan apapun. Tapi entah kenapa, saya sempet ngerasa kasian sama si supir angkotnya. Dia sempet diklaksonin berulang-ulang sama Ibu-ibu cina yang mengendarai mobil mewah. Waktu semua penumpang turun pun nggak ada yang bayar sama supir angkotnya. Entah lupa entah panik atau bisa juga pura-pura lupa. Bahkan saya sempet sok-sok malaikat mau bantuin itu supir angkot yang-saya-pun-nggak-tahu-bantuin-dengan-cara-apa.

And then, di perempatan saya ngeliat sebuah gedung yang lagi dibangun. Nggak sengaja mata saya nangkep seorang tukang yang lagi makan permen dipojokan. Bukan pengen tahu urusan orang ya, tapi kadang saya pengen tahu apa dia udah makan atau belum. Dan bukan juga saya mau sok perhatian ya. Tapi yang saya perkirakan, mereka dikasih jatah makan sekali (ini masih kemungkinan ya) dengan porsi yang luar biasa sedang alias sedang lapar-laparnya. We know that so' well kalo namanya tukang kan tenaganya banyak dikuras seharian. So' dia nggak ada waktu untuk mikirin, sore-sore lapar lagi pengen deh makan bakso. Apa ada tukang bakso tahu yang lewat? Kayaknya makan kebab enak nih. Kayaknya indomie rebus cucok nih dimakan di cuaca dingin begini (oke saya akan ngaku kalo yang baru saya sebutkan adalah imajinasi saya dikala lapar) *abaikan*
Means, menurut saya mereka cuma bekerja memecut tenaga mereka tanpa harus repot mikirin cemilan apa yang akan mereka makan setelah bosnya ngasih dia jatah makan. Malah mungkin yang dia pikirin adalah, makanan apa yang kira-kira bikin anak istrinya kenyang nanti malam. Ini memang masih asas praduga saya aja. Tapi saya ngambil kesimpulan kalo saya yang tiap hari masih bisa makan apapun yang saya mau harusnya sih lebih bersyukur dari mereka. Apalagi ditambah bonus tidak mengeluarkan tenaga secapek mereka. 

Sebenernya masih banyak potret-potret kehidupan di jalan raya tentang mereka yang let say kita anggap sebagai ladang sedekah kita. Mereka yang sampai malam pun masih harus cari duit bukan makan. Tapi tentunya kalo diterangin di sini bisa jadi cerbung lama-lama :D
Jadi saya bahas intinya aja. Intinya, saya selalu berusaha untuk peduli pada mereka. Walaupun saya nggak dermawan-dermawan banget tapi minimal saya juga peduli sama mereka. Setiap saya punya rezeki yang berlebih dari Allah SWT, saya selalu berfikir bahwa ada hak mereka di sana. Rasanya gimana gitu kalo rezeki itu saya makan sendiri. Kok rasanya nggak adil banget. Mereka bisa kerja 24 jam untuk cari duit. Lah saya tinggal nikmatin doank.

So' mereka, orang-orang di sekitar kita itu adalah ladang sedekah kita. Mereka yang doanya katanya langsung didenger sama Tuhan. Pernah ada orang yang bilang bahwa saat kita sedang tertimpa banyak masalah, sedekah akan mempermudah masalah-masalah kita. So' jangan malas untuk memperhatikan mereka, ladang sedekah kita :)